News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Muktamar NU

Gus Yahya Tak Berminat Jadi Presiden, Tak Juga Memanfaatkan Status Sebagai Kakak dari Menteri Agama

Penulis: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Sabtu (4/12/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Namun, Gus Dur tetap tidak mau ikut dan justru menyuruh Gus Yahya menggantikan posisinya pada sesi penutupan.

Terus diingatkan bahwa ini cuma break sebentar, sesudah ini ada acara penutupan.

"Nggak, nggak saya sudah nggak kuat, mau tidur, tiba-tiba Gus Dur bilang itu. Biar Yahya saja yang masuk nanti, beliau bilang begitu," ucapnya.

Keadaan bertambah runyam ketika itu bagi Gus Yahya, karena dia harus duduk di kursi yang disediakan bagi presiden RI.

"Kita enggak ada pilihan selain patuh ya. Akhirnya saya masuk bersama Menlu Alwi Sihab, sampai di sana itu setiap delegasi negara disediakan dua kursi: Presiden dan Menlu," katanya.

"Saya sampai di sana bingung. Loh ini saya duduk di mana?”

"’Di situ,’ kata Pak Alwi kan. Lah ini kursinya Presiden saya enggak berani. ‘Tukaran saja pak saya enggak berani.’”

"’Enggak bisa,’ kata Pak Alwi, ‘saya Menlu, harus duduk di kursi saya," ucapnya menirukan perkataan Alwi Sihab.

"Loh saya bagaimana ini? Menlu bilang, ‘perintah Presiden ya kamu duduk di situ. Duduklah saya di kursi presiden itu,’" katanya.

Tak berhenti sampai di sana, Gus Yahya menceritakan setelah duduk di kursi yang seharusnya ditempati Gus Dur,  saat juru kamera acara menyorot setiap delegasi yang hadir, sorotan berheni pada dirinya.

Wajah Gus Yahya disorot hingga memenuhi layar.

Kemudian sorotan kamera menyorot name tag di bawahnya yang bertuliskan President of Republic Indonesia.

"Kamera itu tadinya shoot memutar dari jauh ke delegasi satu per satu. Lewatin saya, tapi lewatin saya sedikit, balik lagi dia.”

"Tadinya kan longshot, terus di zoom in akhirnya saya di close up sebesar tembok itu muka saya. Saya kan terus bagaimana rasanya itu," katanya.

"Saya mau senyum malah kayak meringis, saya mau kelihatan serius malah kayak cemberut, jadi nggak karu-karuan saya.”

"Habis itu gambar kameranya turun menyorot name tag di depan saya, yang bertuliskan President of Republic Indonesia.”

"Jadi sudah pernah saya (jadi presiden) dan serius nggak enak," ucapnya diikuti gelak tawa.

Baca juga: Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU 2021-2026, Raih 337 Suara, Petahana Said Aqil 210 Suara

Tak Manfaatkan Status Sebagai Kakak Menteri Agama

Majunya Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf sebagai salah satu calon ketua umum PBNU juga menimbulkan spekulasi di publik.

Spekulasi yang muncul menyasar nama sang adik, Yaqut Cholil Qoumas, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama RI.

Saat berbincang dengan Tribun-Network, Gus Yahya, menjawab hal tersebut.

"Kalau saya mau menggunakan, memanfaatkan Kementerian Agama, minta tolong adik saya, mungkin saya gak perlu berkeliling."

"Dia bisa suruh jaringan pegawai-pegawai Kemenag apalagi yang menjadi pengurus (NU)."

"Tapi saya tidak, saya tetap datang, saya bertemu langsung, saya sampaikan pikiran-pikiran saya dan saya dengarkan mereka bicara," ujar Gus Yahya, saat berbincang dengan Tribun-Network di kediamannya, Sabtu (4/12/2021).

Pertemuan dengan para pengurus PCNU dan PWNU, dikatakan Gus Yahya, biasanya terjadi hingga larut dan hari berganti.

"Itu karena saya harus dengarkan satu per satu. Semua orang bicara dan kita diskusi, biasanya sekali ketemu itu rata-rata 20-30 cabang sehingga ya memang cukup melelahkan," katanya.

"Dan saya yakin ini harus dilakukan karena saya ingin ada konsensus. Saya katakan kepada mereka kalau setuju dengan saya dan kebetulan bapak-bapak pilih saya dan saya berhasil jadi ketua umum, itu artinya insyaallah bapak-bapak akan tambah kerjaannya dan insyaallah mungkin tambah pusing juga," tambahnya.

Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Sabtu (4/12/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Joko Widodo itu mengatakan semua yang dia lakukan ada konsekuensinya.

"Dan alhamdulillah banyak dari cabang-cabang dan saya kira sudah sebagian besar menerima itu," jelasnya.

Profil Gus Yahya

KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya, lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 16 Februari 1966.

Sebelum menjadi Ketua Umum PBNU, ia adalah Katib Aam NU.

Mengutip Tribunnews Wiki, Gus Yahya adalah putra tokoh NU di Rembang dan satu di antara pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH Muhammad Cholil Bisri.

Tak hanya itu, ia juga keponakan dari KH Mustofa Bisri atau Gus Mus, tokoh besar NU dan budayawan.

Ia merupakan anak pertama dari delapan bersaudara.

Adiknya, Yaqut Cholil Qoumas, saat ini menjabat sebagai Menteri Agama.

Dilansir Kompas.com, Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid alias GusDur.

Ia juga pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2014-2019.

Mengutip setkab.go.id, ia dilantik sebagai anggota Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 31 Mei 2018.

Baca juga: Sorak Sorai Menggema Seiring Terpilihnya Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya Jadi Ketua Umum PBNU

Gus Yahya mengaku ia dihubungi untuk menjalani pelantikan sebagai anggota Wantimpres saat masih berada di Amerika Serikat (AS).

Kala itu, ia tak tahu alasan mengapa dirinya dipilih menjadi anggota Wantimpres.

"Saya, waktu saya masih di Amerika saya dihubungi untuk pelantikan tanggal 25 (Mei), tapi waktu itu saya belum pulang."

"Saya baru pulang tanggal 28 (Mei), sehingga baru diatur hari ini," kata Gus Yahya usai pelantikan.

Pada 2018 silam, Gus Yahya pernah menjadi sorotan lantaran hadir memenuhi undangan dari American Jewish Committee (AJC) Global Forum.

Saat itu, ia terbang ke Israel untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Bagi sebagian kalangan, sikap Gus Yahya tersebut bertentangan dengan komitmen terhadap kemerdekaan Palestina.

Namun, Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini, menilai langkah Gus Yahya selaras dengan apa yang dilakukan Gus Dur untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina lewat diplomasi segala cara.

Diketahui, Gus Dur pernah diundang AJC Global Forum pada 2002 di Washington DC, AS. (dirangkum dari berbagai sumber: Tribunnews.com, Vinsensius/Tribun Lampung/wikipedia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini