TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa angka kesembuhan Covid-19 varian Omicron cukup tinggi.
Ini terlihat dari data per 14 Januari 2022, sebanyak 300 lebih dari 572 pasien Omicron telah dinyatakan sembuh.
Bahkan mereka sudah boleh pulang dari tempat karantina.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan dalam konferensi pers virtual Evaluasi PPKM yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (16/1/2022).
"Sampai sekarang sudah lebih dari 500 orang yang terkena Omicron yang dirawat di rumah sakit dan yang pulang 300-an orang," kata Menkes Budi.
Baca juga: Menkes Sebut DKI Jakarta Jadi Medan Pertama Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 karena Omicron
Baca juga: 16 Siswa dan 3 Guru Terpapar Covid-19 di Jakarta Akibat PTM, 15 Sekolah Ditutup Sementara
Dari 500 orang tersebut, Menkes Budi menyebut hanya ada tiga orang yang membutuhkan bantuan oksigen.
Itu pun masuk kategori ringan, sehingga tidak perlu sampai menggunakan ventilator.
"(Ketiganya menggunakan bantuan) oksigen yang biasa yang dipasang di mulut, tidak dimasukkan ke dalam (tubuh)."
"Dan dari tiga orang yang diberikan oksigen, dua diantaranya sudah sembuh dan boleh pulang."
"Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi jumlah kasusnya akan lebih banyak dan naiknya cepat, tapi hospitalisasi rendah," sambung Menkes Budi.
Baca juga: Model 18 Tahun asal Brasil Meninggal akibat Covid-19, Awalnya Sehat dan Sudah Divaksin
Hal serupa juga terjadi di beberapa negara yang sudah mengalami puncak dari kasus Omicron.
Meskipun puncak kasus tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, tapi banyak pula angka kesembuhan yang dicatat.
Durasi gelombang Omicron dari mulai teridentifikasi hingga akhirnya mengalami puncak berkisar antara 35 sampai 65 hari.
Di negara-negara tersebut, hospitalisasinya antara 30% sampai 40% dari hospitalisasi Delta.
"Jadi walaupun kenaikannya lebih cepat dan tinggi jumlah kasusnya akan lebih banyak dan naiknya cepat, tapi hospitalisasi rendah."
"Jadi tergantung kita melihatnya dari mana, Indonesia pertama kali kita teridentifikasi adalah pertengahan Desember, tapi kasus kita mulainya di awal Januari."
Baca juga: Kemenkes: Lebih dari 1,4 Juta Warga Indonesia Telah Mendapatkan Suntikan Vaksin Booster Covid-19
"Itu yang memang harus dipersiapkan oleh masyarakat," sambung Menkes.
Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tidak perlu panik.
"Kalau ada kenaikan jumlah kasus yang cepat dan banyak tidak usah panik."
"Kita (pemerintah) akan terus pantau dan monitor ketat hospitalisasinya," kata Menkes.
Untuk diketahui, sebagian besar transmisi lokal itu terjadi di DKI Jakarta
"Jadi kita memang harus mempersiapkan khusus DKI Jakarta sebagai medan perang pertama menghadapi Omicron."
"Beberapa hal yang tadi menjadi arahan bapak Presiden (walaupun kemungkinan melonjaknya kasus) ada, kita tidak usah panik tapi kita tetap harus hati hati an waspada," pinta Menkes.
Menkes juga meminta masyarakat untuk meningkatkan prokes, khususnya di Jakarta.
Termasuk juga penggunaan pedulilindungi juga harus diperketat.
Baca juga: Panduan Memilih Vaksin Booster: Cek Dulu Jenis Vaksin Dosis Pertama dan Kedua
Testing, tracing dan isolasi terpusatnya harus kembali ditingkatkan.
Juga dianjurkan untuk tidak berkerumun dan tidak mobilitas yang terlampau banyak.
Selain dari protokol kesehatan, Menkes tadi juga minta agar surveilans- nya juga ditingkatkan
"Jalankan saja yang normalnya sekarang sudah dijalankan, tapi hindari kerumunan."
"Kita juga sudah minta bantuan TNI Polri agar testing dan treacingnya di perketat lagi."
"Kalau ada (kasus) segera masuk itu langsung masuk ke isolasi,"
Selain kesehatan dan surveilans, pemerintah juga berupaya untuk sesegera mungkin mempercepat vaksinasi booster khususnya di lingkungan Jabodetabek.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)