Termasuk Anggota DPR RI Dedi Mulyadi yang ikut mengomentari, pihaknya mengatakan penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan rapat merupakan sesuatu yang wajar.
Pria yang juga termasuk Tokoh Sunda tersebut juga membandingkan dengan pejabat daerah yang ada di Jawa Tengah, di mana menggunakan Bahasa Jawa.
"Saya lihat di Jawa Tengah bupati, wali kota, gubernur sering juga menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan kesehariannya, Ini adalah bagian dari kita menjaga dialektika bahasa sebagai keragaman Indonesia," ungkapnya, dikutip dari Kompas.com.
Bahkan, kata Dedi, saat ia memimpin rapat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI kerap menyisipkan bahasa Sunda di dalamnya.
"Justru itu malah membuat suasana rapat rileks tidak tegang. Sehingga apa yang ada di pikiran kita, gagasan kita bisa tercurahkan. Dan lama-lama anggota yang rapat sedikit banyak mendapat kosakata baru bahasa Sunda yang dimengerti," katanya.
Sehingga menurutnya tidak ada masalah jika menggunakan bahasa daerah manapun selama bisa dipahami oleh peserta rapat atau acara yang kita pimpin.
Tidak hanya Dedi, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pun turut mengkritik Arteria Dahlan.
Baca juga: MotoGP 2022: Bukan Marquez, si Iblis Yamaha Lebih Pantas Jadi Penerus Valentino Rossi
Lewat cuitan di akun twitternya, @ridwan kamil, pihaknya pun meminta Arteria unutk meminta maaf.
"Searifnya Bang Arteria Dahlan meminta maaf kpd masyarakat #Sunda."
"Negeri ini sdh lelah dgn pertengkaran. Nusantara ini kaya krn perbedaan, termasuk bahasa."
"Jika tdk nyaman silakan sampaikan keberatan, namun minta pemecatan jabatan menurut saya itu berlebihan. Mari Jaga persatuan," tulis Ridwan Kamil dalam cuitannya.
Selain itu, Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin meminta koleganya di Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, tak bertindak arogan.
Hasanuddin menilai pernyataan anggota Komisi III DPR itu terlalu berlebihan dan dapat melukai perasaan masyarakat Sunda.
"Usulan Saudara Arteria yang meminta agar Jaksa Agung memecat seorang Kajati karena menggunakan Bahasa Sunda, menurut hemat saya berlebihan dan dapat melukai perasaan masyarakat Sunda," kata Hasanuddin kepada wartawan, Selasa (18/1/2022).