TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah telah memangkas masa karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari tujuh hari menjadi lima hari.
Ketentuan ini hanya berlaku bagi warga negara asing/Indonesia (WNA/WNI) yang sudah mejalani vaksin lengkap.
Kebijakan tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator Penanganan PPKM wilayah Jawa dan Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam Rapat Terbatas Evaluasi PPKM, Senin (31/01/2022), secara virtual.
Diungkapkan Luhut, kebijakan ini diambil mengingat sebagian besar kasus konfirmasi dari PPLN merupakan varian Omicron.
Selain itu berbagai riset menunjukkan masa inkubasi dari varian Omicron ini berada di kisaran tiga hari, hal tersebut juga menjadi dasar pertimbangan pemangkasan masa karantina.
Baca juga: Menparekraf Terima Aduan Turis Asing Soal Hasil Tes PCR Selama Jalani Karantina Hotel
Baca juga: Puncak Gelombang Omicron Diprediksi Akhir Februari, Menkes: Bisa 2-3 Kali Lipat dari Delta
Sementara itu, PPLN yang baru menjalani vaksin dosis pertama tetap harus menjalani karantina selama tujuh hari.
“Pemerintah mengubah aturan karantina tujuh hari menjadi lima hari dengan catatan bahwa WNI dan WNA yang masuk ke Indonesia wajib vaksin lengkap."
"Bagi WNI yang baru melaksanakan vaksinasi dosis pertama tetap harus menjalani karantina tujuh hari,” kata Luhut, mengutip tayangan live yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden.
Selain itu, pemerintah juga melakukan penyesuaian dalam mengantisipasi lonjakan Covid-19.
Pemerintah akan mulai fokus pada pemantauan kondisi tingkat keterisian di rumah sakit dan angka kematian penderita Covid-19.
Langkah menurunkan hari karantina ini mempertimbangkan perlunya realokasi sumber daya yang dimiliki saat ini.
Wisma yang tadinya digunakan untuk karantina PPLN akan disiapkan untuk isolasi terpusat (isoter).
“Langkah menurunkan hari karantina ini juga mempertimbangkan perlunya realokasi sumber daya yang kita miliki."
|Wisma yang tadinya digunakan untuk karantina PPLN akan disiapkan untuk isolasi terpusat (isoter) seiring dengan kebutuhan isoter yang diprediksi meningkat untuk kasus konfirmasi positif OTG dan bergejala ringan,” ujarnya.
Baca juga: Pemerintah Diminta Transparan dalam Pengambilan Langkah Antisipatif terkait Penanganan Omicron