TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam mengatakan perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.
Banyak intelektual dan pakar dari berbagai bidang ilmu yang dapat berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Indonesia.
Hal ini merupakan kekuatan tersendiri yang dimiliki oleh perguruan tinggi.
“Stunting tidak hanya masalah gizi, tapi juga masalah air bersih, masalah akses pada bahan pangan yang berkualitas, pengelolaan keluarga, pernikahan dini, dan sebagainya," kata Nizam melalui keterangan tertulis, Selasa (8/2/2022).
Baca juga: Gelar Pameran FSRD Luring Pertama di Masa Pandemi, Universitas Trisakti Tampilkan 65 Karya
Dirinya menyadari bahwa angka stunting di Indonesia masih sangat tinggi.
Permasalahan stunting di Indonesia merupakan permasalahan yang kompleks.
Sehingga dibutuhkan kerjasama dan gotong royong dari berbagai pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini, tak terkecuali perguruan tinggi.
"Jadi, aspeknya sangat luas dan sangat membutuhkan pendekatan multidimensional atau lintas disiplin dari para pakar maupun juga melalui kegiatan mahasiswa di dalam tridarma perguruan tinggi," tambah Nizam.
Perguruan tinggi, kata Nizam, telah banyak berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.
Melalui program Kampus Merdeka mahasiswa, dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung di tengah masyarakat.
Mahasiswa dapat ikut serta dalam mengakselerasi penurunan angka stunting di Indonesia.
Baca juga: Kemenko PMK: Pemerintah Persiapkan KUA Bantu Pencegahan Stunting
Ditjen Diktiristek juga telah menjalankan program Matching Fund atau pendanaan pendamping antara kampus dan mitra.
Melalui program ini, perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan mitra yang ada untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, seperti stunting, dengan pendanaan dari Ditjen Diktiristek.
"Pada tahun 2021 sudah banyak perguruan tinggi yang memanfaatkan Matching Fund Kedaireka untuk program penurunan angka stunting dengan hasil yang cukup menjanjikan," ucap Nizam.
Kemendikbudristek melakukan penandatanganan kerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) untuk penurunan angka stunting di Indonesia.
"Melalui kerja sama dengan BKKBN ini, semoga penurunan angka stunting di Indonesia dapat terakselerasi dengan program dan target yang lebih terfokus," ujarnya.
Baca juga: Remaja hingga Calon Pengantin Kunci Utama Pencegahan Stunting
Sesuai dengan ketetapan yang disesuaikan oleh World Health Assembly pada tahun 2025, target penurunan stunting diharapkan dapat mencapai 40 persen pada angka balita yang mengidap stunting.
Dengan angka tersebut, negara diminta untuk berkomitmen dan berkontribusi dalam menetapkan target penurunan stunting nasional.