TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengajak para santri untuk dakwah di media sosial dengan cara mengembangkan narasi Islam rahmatan lil alamin.
Menurut dia, dakwah di medsos penting karena medsos banyak dipakai kelompok tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme.
Boy Rafli gencar melakukan silaturahmi ke berbagai daerah untuk mengajak para santri berdakwah di media sosial. Pada awal pekan ini, Kepala BNPT berada di Jombang, Jawa Timur.
Ia bersilaturahim ke Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Setelah diterima KH Abdul Hakim Mahfidz atau Gus Kikin, mantan Kadiv Humas Polri tersebut ziarah ke makam pendiri NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari dan makam Gus Dur.
Baca juga: KSAD Ingatkan Pangdam hingga Danrem: Jangan Undang Penceramah yang Sudah Terpapar Radikalisme
Boy kemudian bergeser ke Pesantren Tahfidz Alquran Cinta Rosululloh, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Jombang, Senin (14/3/2022).
Silaturahmi Kepala BNPT dilanjutkan ke Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Ia ditemani Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab berziarah ke makam pendiri NU KH Wahab Chasbullah.
Dalam silaturahmi di Jombang ini, Boy Rafli mengajak kalangan santri untuk semakin gencar berdakwah di media sosial.
Pasalnya media sosial selama ini banyak dipakai kalangan tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme.
Paham radikalisme tersebut tidak sekadar wacana. Sebanyak 2.157 orang Indonesia berangkat ke Syiria untuk bergabung dengan ISIS (Islamic State in Iraq and Syria).
Mereka dimanfaatkan ISIS untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dengan melakukan pendudukan di beberapa provinsi. Kejahatan kemudian terjadi dengan pembunuhan.
Baca juga: BSSN Fokus Bentuk Cyber Security Untuk IKN Hingga Tangkal Penyebaran Paham Radikalisme
Dari jumlah 2.157 orang Indonesia di Syiria, sebagian ada yang meninggal, di tahan dan sebagian lagi kembali ke Indonesia.
“Ada juga yang hari ini masih berada di kamp pengungsian, utamanya wanita dan anak-anak. Jumlahnya kisaran 370. Dari jumlah itu yang berusia di bawah 10 tahun sebanyak 82 anak,” pungkasnya.
Untuk mencegah kejadian tersebut terulang, Boy Rafli mengajak para santri untuk semakin gencar berdakwah di media sosial.
“Berdakwah itu bisa juga dilakukan melalui media sosial,” kata Boy Rafli.
Boy mengungkapkan kelompok radikal yang tak bertanggung jawab ini menggunakan narasi, tidak hanya berbahasa Indonesia tetapi juga bahasa Inggris.
“Mereka mempropagandakan bahwa di Syiria (Syam) akan lahir negara islam dunia yang memberikan harapan baru. Sehingga lebih dari 120 negara yang warganya terpapar dengan ajakan tersebut,” tambahnya.
Peristiwa tersebut membuktikan bahwa narasi radikalisme berbahaya karena sanggup mempengaruhi banyak orang yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
Boy menyatakan para santri perlu terus mengembangkan narasi di media sosial bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin yang berarti bahwa Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Dengan pemahaman yang baik ini, umat Islam Indonesia tidak dimanfaatkan kelompok tertentu untuk maksud kejahatan seperti saat kampanye ISIS.