Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Fraksi PDIP di DPR RI Bambang Wuryanto menilai pihak yang menanggapi dan berkomentar miring terhadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri adalah mereka yang tidak paham cara berpikir ketua umum partai berlambang banteng mencong putih tersebut.
"Mohon izin, yang berkomentar belum belajar ini. Orang belum belajar cara berpikirnya Ibu Mega. Ibu Ketum sering memakai statement yang unlearn," kata Bambang di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022).
Bambang juga turut menyoroti mereka yang mengomentari Megawati di media sosial.
"Di sosmed yang berkomentar itu belum paham cara berpikir ibu Ketum saya," kata Bambang.
Menurut Bambang, ada maksud lain yang ingin disampaikan Megawati melalui gaya bicaranya tersebut sebagai seorang politisi.
Bambang menjelaskan ada dasar filosofi yang digunakan politisi dalam menyampaikan suatu arahan atau pernyataan, yakni learn, relearn, dan unlearn.
Baca juga: Megawati Disebut Perintahkan Kader PDIP Tak Perlu Komentar Soal Isu Penundaan Pemilu 2024
"Nah Bu Mega apakah relearn? Bukan. Bu Mega adalah unlearn. Kalau minyak goreng enggak ada, sudah lupakan. Ibu-ibu boleh misalnya dengan cara apa memasaknya. Ibu (Mega) mengatakan dengan cara dikukus, bisa direbus, bisa digoreng dengan cara lain," kata Bambang.
Dia membantah adanya anggapan bahwa Megawati melalui pernyataannya itu bertujuan menyudutkan emak-emak yang mengantre minyak goreng.
"You are wrong. Ibu ketum kan sering gitu, sering melakukan unlearn. Kawan-kawan melihat masih di sini, wah Bu Mega tidak punya hati sama ibu-ibu. Kan bisa digoreng dengan cara lain, pakai minyak kelapa kan ada," katanya.
Baca juga: Megawati: Kader PDIP Harus Kerja Keras, Jangan Berhenti di Zona Nyaman
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri turut menyoroti kelangkaan minyak goreng yang terjadi belakangan ini.
Namun, Megawati tak secara khusus menyoroti masalah kelangkaan maupun mahalnya harga minyak goreng saat ini.
Ia pun berfikir ketika melihat ibu-ibu harus mengantri dan bahkan sampai berebut untuk mendapatkan minyak goreng. Apakah, kata Megawati, Ibu-ibu ini hanya menyediakan penganan untuk keluarganya berupa makanan yang digoreng.
Baca juga: Waketum MUI Sebut Pernyataan Megawati Bisa Jadi Kekuatan Ibu-ibu Lawan Mafia Minyak Goreng
Hal itu disampaikan Megawati saat webinar Cegah Stunting untuk Generasi Emas Indonesia yang disiarkan kanal YouTube Tribun Jateng, Kamis (17/3/2022).
"Sampai kalau sekarang kita lihat toh, hebohnya urusannya beli minyak goreng. Saya tuh sampai ke ngelus dada bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya itu sampai mikir jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng. Sampai begitu rebutannya," kata Megawati.
Menurut Presiden ke-5 RI ini, sebetulnya banyak cara yang bisa dilakukan kaum Ibu ketika menghadapi kelangkaan minyak goreng.
Yakni, berinovasi lewat masakan makanan khas Indonesia.
Mulai dari direbus, dikukus, maupun dikombinasikan seperti rujak.
Tentunya, inovasi itu jauh lebih sehat dari makanan yang hanya digoreng.
"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus atau seperti rujak. Apa tidak ada, itu menu Indonesia loh," ucap Megawati.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga menyinggung bagaimana saat dirinya terjun ke masyarakat untuk mensosialisasikan soal asupan makanan sehat bagi anak serta keluarga.
Dimana, Putri Presiden Pertama RI Soekarno ini mendapat cibiran bahwa makanan yang dikonsumsi setiap hari burupa daging dan susu.
"Nggak saya makan tempe, saya makan ikan asin, nggak beda toh sama kamu itu. Lugas ngomong kalau ke rakyat. Bingung toh mereka dan diam karena apa ada gizinya itu," ungkap Megawati.
Ia juga mengatakan, bahwa makanan itu bukan hanya asupan yang masuk dan menggenyangkan. Namun, perlu diperhatikan gizi serta manfaat bagi anak dan keluarga.
"Harus tahu apa yang dimakan untuk membuat yang namanya tadi keluarga sejahtera adalah keluarga yang happy anak-anaknya sehat, berlari-lari sehat dan lain-lain kalau ditanya cerdas, langsung jawab," jelas Megawati.