TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Presidium Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Bima Arya mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, berkarakter, dan berpengaruh.
Sejarah pun mencatat itu.
Namun, masih banyak kepingan-kepingan sejarah yang tercecer.
Menurut dia, diperlukan langkah-langkah untuk menyusun puzzle-puzzle masa depan yang lebih cerah, lebih berbudaya, dan berkarakter.
"Ikhtiar hari ini adalah bukan saja bergerak ke belakang untuk mengenang masa-masa hebat itu. Tetapi sebagai bekal untuk berkembang ke depan, menjemput masa depan untuk menjadi bangsa yang besar," kata Bima Arya dalam kegiatan Penandatanganan Kerjasama antara JKPI dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Yogyakarta, Jumat (25/3/2022).
Kerja sama tersebut dalam rangka pengembangan arsip, bahan perpustakaan, dan naskah kuno untuk kota berdaya serta kota berbudaya.
Selain itu, juga dibahas pengembangan city gallery di Kota Pusaka anggota JKPI.
Baca juga: Gelar Rakor Kearsipan dengan ANRI, Mendes: Data dan Arsip Sangat Penting untuk Kementerian Lembaga
"Banyak teman-teman kepala daerah yang sangat konsern, sangat peduli, kepada hal yang sifatnya pelestarian budaya menjaga warisan pusaka. Tapi tidak sedikit juga yang cuek banget. Cueknya mungkin karena tidak paham, cueknya mungkin karena bukan prioritas," ujar pria yang menjabat Wali Kota Bogor ini.
Bima menjelaskan, ada juga faktor egoisme politis pemimpin dari masa ke masa yang secara sistematis berupaya menghancurkan warisan legacy rezim sebelumnya dengan memanipulasi sejarah.
"Tetapi ada juga faktor ketidaksengajaan atau ketidak tahuan saja. Kealpaan belaka yang sifatnya teknis. Sehingga kemudian kita memiliki kelangkaan bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu," jelasnya.
Ia menambahkan, harus diakui banyak sejarah yang terputus di bangsa ini, mulai dari level tertinggi sampai level kota.
Baca juga: Sangat Memuaskan! ANRI Puji Pengelolaan Kearsipan di Kemendes PDTT
Bima mencontohkan, bagaimana bangsa-bangsa di Eropa, di Amerika yang menghargai pemimpin-pemimpin masa lalu, menempatkan mereka dengan segala dinamika dan kontroversinya secara proporsional sehingga bisa belajar dari kehebatan, bahkan belajar dari kegagalan para pendahulu.
"Bagaimana bangsa-bangsa besar itu menghidupkan legacy masa lalu dengan cara yang menarik sehingga generasi masa kini bisa belajar. Ikhtiar JKPI, Perpusnas dan ANRI hari ini bukan saja untuk mencari dokumentasi lama, tapi ingin memiliki niat yang serius untuk menjadikan masa lalu sebagai referensi untuk menyusun masa depan," ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando sependapat dengan yang dikatakan Bima Arya.