Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menyampaikan agar Taliban meninjau ulang larangan sekolah bagi perempuan Afghanistan di tingkat sekolah menengah.
Ia menekankan pentingnya membangun trust antara Taliban dengan dunia internasional.
“Saya sampaikan trust atau kepercayaan ini tidak jatuh dari langit, namun harus dibangun dan dipelihara,” kata Retno dalam konferensi pers, Kamis (31/4/2022)
Menurutnya trust akan tercipta apabila Taliban melakukan langkah maju dan memenuhi semua komitmen yang telah disampaikan pada Agustus tahun lalu.
Termasuk penghormatan kepada hak-hak perempuan dan anak perempuan.
Menlu RI menyampaikan 3 pemikiran bagaimana menciptakan Afghanistan yang damai, stabil, dan sejahtera.
Baca juga: Taliban Wajibkan PNS Afghanistan Berjenggot dan Berserban, Perempuan Dilarang Bersekolah
Pertama, pentingnya pemenuhan janji Taliban.
Retno mengatakan Taliban perlu mempertimbangkan penyusunan sebuah peta jalan atau roadmap terkait langkah nyata dan timeline pemenuhan janjinya.
“Hal penting yang perlu dihindari adalah semakin tertundanya pemenuhan janji atau bahkan terjadi kemunduran atau regress. Ini saya tekankan dua kali,” ujarnya.
Hal kedua, bantuan kemanusiaan perlu untuk diprioritaskan.
Sudah terdapat sejumlah inisiatif terkait bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan.
Namun, Retno menekankan pentingnya sinergi dalam pemberian bantuan kemanusiaan, agar memberikan dampak yang lebih besar kepada rakyat Afghanistan.
Baca juga: Menlu 20 Negara Desak Taliban Buka Akses Pendidikan Bagi Perempuan Afghanistan
“Dan saya jelaskan mengenai bantuan kemanusiaan yang telah dan akan terus diberikan oleh Indonesia kepada rakyat Afghanistan,” ujarnya.
Hal ketiga, yang Menlu RI sampaikan bahwa bantuan ekonomi dan pembangunan untuk Afghanistan penting, karena pembangunan ekonomi harus mulai dipikirkan.
Namun, kembali ia tegaskan penting bagi Taliban untuk memenuhi janji-janjinya.
Karena menurutnya pemenuhan janji tersebut atau pemenuhan komitmen tersebut akan menciptakan enabling environment bagi dukungan internasional terhadap pembangunan ekonomi Afghanistan.
“Humanitarian assistance saja tidak cukup, kalau hanya berhenti di human assistance maka perlu mulai dipikirkan mengenai isu pembangunan,” ujar Menlu.