Sampai akhirnya ribuan mahasiswa itu memasuki halaman dan ruang sidang gedung dewan yang berada di lantai 2 tersebut dengan teriakan revolusi, revolusi, revolusi.
Unjuk rasa dilakukan di depan DPRD Garut.
Dikutip dari TribunJabar, dalam aksinya, mereka tidak menyuarakan soal penundaan pemilu, tetapi mengkritisi tiga poin penting.
Tiga poin penting itu berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.
Pertama menolak kenaikan harga Pertamax, kenaikan pajak penerimaan negara, dan kenaikan harga pangan yang dalam beberapa waktu terakhir ini terus melonjak.
"Maka kami menekan pemerintah daerah untuk satu suara bersama menolak kebijakan dalam tiga poin tuntutan kami, masyarakat kini sudah cukup menderita dengan berbagai kebijakan-kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat," ujar seorang koordinator aksi, Ajang Ahmad Haris saat diwawancarai Tribunjabar.id.
Kebijakan yang telah disetujui pemerintah salah satunya kenaikan harga Pertamax.
Baca juga: Mahasiswa Demo di Istana Bogor, Ratusan Personel Gabungan Diterjunkan
Itu menurutnya dibuat secara singkat di luar pengawasan masyarakat umum.
Ia menyebut dalam beberapa bulan terakhir ini masyarakat sudah disulitkan dengan mahalnya harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng.
"Kita tahu banyak antrean soal minyak goreng, seakan pemerintah penutup mata pada panjanganya antiran masyarakat waktu itu, ditambah saat ini kenaikan BBM terjadi dan mulai langka," ucapnya.
Ajang menyebut pihaknya akan membawa masa lebih banyak lagi jika Pemkab Garut tidak sepakat dengan tuntutan yang diminta oleh mahasiswa.
Bahkan jika nantinya poin tuntutan tersebut tidak disetujui oleh Pemkab Garut, maka pihaknya berencana akan berangkat ke Jakarta.
"Jika audiensi kami di DPRD Garut tidak didengar atau tidak ada kata sepakat, maka tidak menutup kemungkinan kami akan menuju Senayan," ujarnya.
Pantauan Tribunjabar.id, hingga Jumat siang mahasiswa masih bertahan di depan Gedung DPRD Garut, mereka meminta audiensi dengan anggota DPRD di dalam ruangan.