Sosok yang menamatkan pendidikan menengahnya di New Zealand INternational School Jakarta ini mulai aktif menulis pada tahun 2014.
Ia menulis terkait dua sosok yang diidolakan yaitu Presiden Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Tsamara menulis kedua sosok tersebut melalui blog yang dimilikinya.
Tulisan-tulisannya itu pun membuat Tsamara dan beberapa blogger diundang oleh Jokowi ke Istana Negara pada tahun 2015.
Ketertarikan Tsamara terhadap politik pun semakin besar.
Hal tersebut dibuktikan dengan dirinya memulai membaca buku-buku Soekarno seperti Penyambung Lidah Rakyat, Sarinah, dan lain-lain.
Pada saat itu, ia juga bergabung di Komunitas Pendukung Ahok (Kompak) dan menjadi saksi mewakili Kompak dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat persentase maju jalur independen dalam Pilkada.
Kemudian dirinya pun juga berkesempatan magang selama empat bulan di tim Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Pengalaman magang itu pun membuat Tsamara semaki mantap ingin menjadi seorang yang memiliki kuasa agar dapat membuat sebuah kebijakan yang bermanfaat.
Sebelum masuk ke dunia politik, ia pun sempat skeptis terhadap parpol namun akhirnya Tsamara menyadari untuk menjadi pejabat jalur yang masuk akal ke dalam parpol.
Singkat cerita, lantaran sering berdebat dengan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, Tsamara pun ditawari untuk bergabung ke PSI.
Tsamara pun mengiyakan dan bergabung sebagai ketua DPP bidang eksternal.
Dikenal Lewat Debat dengan Fahri Hamzah
Tsamara mulai dikenal oleh khalayak ketika menagih jawaban atas beberapa pernyataan Wakil Ketua DPR periode 2014-2019, Fahri Hamzah yang menurutnya sesat pikir pada tahun 2017 lalu