"Biasanya saya telpon ke anak saya jam 4 atau setengah 4, tapi kemarin subuh saya telpon jam 3, saya tanya sudah sahur atau belum, makan apa, katanya makan mie saja, karena tidak ada nasi," jelas Aisyah.
Siapa sangka, kala itu merupakan sahur terakhir Hanafi sebelum sorenya ditimpa musibah yang merenggut nyawanya.
Padahal, Hanafi sudah berencana pulang ke kampung halaman ketika mendapat jatah libur bekerja.
Beberapa saat sebelum meninggal, Hanafi sempat mengeluh kesakitan di perut dan merasakan trauma.
Meski sahur dengan mie instan, Hanafi menjadi orang yang kuat bertahan hidup di balik reruntuhan.
Saat kejadian sekitar pukul 17:00 Wita, Hanafi masih dalam keadaan berpuasa hingga dievakuasi keesokan harinya.
Keinginan Hanafi untuk pulang kampung pun terwujud.
Keluarga akhirnya membawa Hanafi pulang ke kampung halaman di Nagara untuk dimakamkan.
Dengan bertambahnya jumlah korban meninggal, maka total menjadi lima orang.
Empat di antaranya meninggal di tempat, sementara satu di rumah sakit.
Beda dengan Hanafi, Hervian Noor berhasil selamat dalam musibah yang terjadi.
Ia masih diberi kesempatan hidup meski 3 jam berada di bawah puing-puing bangunan.
Hervian Noor mengungkap cerita saat dirinya tertimpa bangunan yang terdiri dari tiga lantai itu.
Kala itu, Hervian Noor berniat untuk bertransaksi di mesin ATM yang ada di Alfamart.