Chair Women20, Uli Silalahi berpendapat peran perempuan menjadi kunci penanaman nilai-nilai baik kepada keluarga.
Besarnya dampak yang dilakukan perempuan itu, tambah Uli, maka perempuan butuh pemberdayaan agar mampu menanamkan nilai-nilai secara baik terhadap lingkungannya.
Pemberdayaan perempuan, jelas Uli, kunci dalam keberhasilan pembangunan di masa datang.
Dunia digital, ujar Uli, bisa mendorong percepatan pemahaman nilai-nilai yang kita miliki.
Direktur Operasional Pertamina Foundation, Yulio S. Bulo tertarik dengan pendapat Barret yang mengungkapkan pembangunan kesejahteraan sosial satu negara harus dimulai dari keluarga.
Menurut Yulio, kalau proses penanaman nilai-nilai dimulai dari rumah, orang tua harus memiliki tingkat intelektual yang baik atau dari kalangan terpelajar.
Yulio menilai era digital berpotensi membuat generasi muda terkungkung dengan nilai-nilai yang disukainya saja akibat pengaturan algoritma sosial media yang dimilikinya.
Sehingga, tambahnya, perlu upaya yang lebih intens untuk menanamkan nilai-nilai baru kepada generasi muda lewat cara-cara yang lebih terukur.
Pendiri Sekolah Cikal, Najeela Shihab menilai ada miskonsepsi dalam menetapkan satu cita-cita, sehingga perlu sikap kritis dalam prosesnya agar mendapatkan pemahaman yang sama terhadap tujuan atau nilai-nilai yang ditetapkan bersama.
Najeela berpendapat penting untuk menetapkan kesuksesan kolektif, sehingga penetapan nilai-nilai tidak untuk anak tertentu saja, sehingga harus ada keteladanan kolektif.
"Transfer pengetahuan tentang nilai-nilai dalam konteks yang lebih luas menjadi bagian penting bagi sektor pendidikan," ujar Najeela.
Pendiri Ganara Art, Tita Djumaryo berpendapat melalui pendidikan seni bisa memberikan kemampuan kritis dan inklusi sosial kepada generasi muda.
Sehingga, jelas Tita, terjadi penanaman nilai-nilai lewat budaya kepada para pemuda.
Dengan begitu, tambahnya, para pemuda memiliki kesempatan juga untuk menyebarkan nilai-nilai yang kita miliki seperti keberagaman dan berpikir kritis. Diharapkan seni bisa menjadi media untuk penanaman nilai-nilai keindonesiaan di kalangan generasi muda.
Direktur SPAK, Maria Kresentia mengungkapkan bahwa korupsi dekat sekali dengan keseharian kita. Karena itu, tambahnya, nilai-nilai antikorupsi harus ditanamkan sejak dini lewat permainan yang menyenangkan.