TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Singapura telah menjelaskan penolakannya terhadap kedatangan Ustadz Abdul Somad yang biasa disapa UAS.
Dimana alasan paling krusial adalah konten ceramahnya yang dinilai ekstrim.
Hal itu telah disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Singapura.
Kemendagri Singapura menyebut Somad sebagai da'i ekstremis dan segregasionis dimana ajaran-ajaran tersebut tidak diterima di Singapura dengan masyarakat yang multirasial dan agama.
"Sementara Somad berusaha memasuki Singapura dengan modus untuk kunjungan sosial, Pemerintah Singapura memandang serius setiap orang yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura," dikutip dari keterangan resmi Kemendagri Singapura.
Baca juga: Respons PA 212 Sikapi Ditolaknya Ustaz Abdul Somad Masuk Singapura: Mirip-mirip Kasus Habib Rizieq
Penolakan Ustaz Abdul Somad (UAS) atau not to land di Singapura mendapatkan tanggapan dari Suriyah PWNU DKI, KH. Muzakki Cholish.
Menurut dia, UAS perlu lagi meninjau kembali metode dakwahnya.
Hal itu disampaikan Kyai Cholish merespon keputusan Singapura yang telah menolak UAS masuk ke negaranya.
Menurutnya, UAS perlu belajar dari Gus Dur dan kearifan para sahabat Nabi yang dakwah ke berbagai pelosok negeri seperti Sa'ad bin Abi Waqas ke China.
"UAS tidak perlu marah-marah. Kalau niatnya ke Singapura untuk dakwah itu baru ditolak," kata KH. Muzakki Cholish, Kamis (19/5/2022).
Menuru dia, dulu para sahabat yang diutus Nabi Muhammad membawa surat ke raja-raja non-muslim juga banyak yang ditolak, bahkan dihina segala macam.
"Tapi karena niat mereka untuk dakwah mereka gak marah. Ada raja yang nyobek-nyobek suratnya nabi dan mengusir sahabat Nabi seperti Raja Persia, ada juga yang menerima dengan baik seperti Raja Najasyi. UAS gak perlu marah-marah. Woles aja, tepo seliro, introspeksi diri karena kebenaran yang kita sampaikan belum tentu dianggap bener oleh orang lain," ujar KH. Muzakki Cholish.
Menurut dia, ulama harus banyak instrospeksi diri agar apa yang disampaikan kepada ummat dan semua manusia bisa diterima dengan baik.
"Gus Dur lebih ulama dari UAS, dengan cara dakwah yang lembut Gus Dur bukan saja diterima tapi dikagumi oleh ummat non-muslim sekalipun. Saya kira, model dakwah Gus Dur itu sangat kontekstual saat ini," ujarnya.
Kiai Cholish juga mengatakan bahwa Singapura bukan negara anti-Islam, bahkan Singapura mengagumi Ulama-ulama Indonesia dan sangat menghormati keberadaan Islam di Nusantara.
"Singapura negara yang mengagumi Islam, dia tidak anti-Islam, bisa dilihat dari pidato perdana menteri Singapura, Lee Hsien Loong, ia sangat mengagumi dan menghormati Islam di Nusantara," ujarnya.