Jadi, dibuatlah perayaan memakai Perahu Naga yang diperlombakan tengah hari di saat matahari sedang di puncak.
Perayaan tersebut dilengkapi dengan Bakcang yang berbentuk tetrahedron, segitiga di keempat sisi sebagai simbol api.
Selain itu, masyarakat keturunan Tionghoa juga melakukan tradisi menegakkan telur saat Peh Cun sebagai simbol harmonisasi atau keseimbangan elemen, di samping itu juga karena posisi Matahari yang mencapai titik saat tengah hari.
Baca juga: Perbedaan Liong dan Barongsai dalam Tradisi Perayaan Imlek
Asal Usul Bakcang dan Festival Peh Cun
Bakcang yang hadir di Festival Peh Cun memiliki sejarah panjang dan berkaitan dengan mitologi China.
Mitologi yang berkembang dalam tradisi masyarakat China disebut berkaitan dengan tokoh bernama Qu Yuan.
Qu Yuan adalah seorang pejabat dan penyair yang ternama di Negara Chu.
Ia dikenal memiliki kepribadian yang jujur, patriotik, dan rendah hati sehingga membawa pengaruh baik bagi kejayaan Negara Chu.
Suatu hari, Qu Yuan dituduh melakukan korupsi, sehingga ia diasingkan dan dikucilkan oleh masyarakat.
Ketika itu, tindakan korupsi disebut sebagai tindakan yang paling tidak terpuji yang dilakukan oleh pejabat atau penguasa.
Hal ini membuat Qu Yuan harus diasingkan keluar dari area pemerintahan Negara Chu, yang bertepatan dengan penyerangan yang dilakukan oleh Negara Qin.
Mendengar Qu Yuan gugur di sungai Miluo, masyarakat Negara Chu berbondong-bondong datang ke sungai Miluo untuk mencari Qu Yuan.
Baca juga: Mengenal Berbagai Istilah dalam Perayaan Imlek: Angpao, Cap Go Meh hingga Barongsai
Masyarakat menyusuri sungai dengan perahu naga dan menabuh drum sambil melemparkan kue beras ke dalam air.
Hal ini dilakukan agar Qu Yuan tidak diganggu oleh roh jahat.