“Sehingga langkah NasDem ini untuk mengumumkan calon dari awal dan berani mencalonkan calon presiden dari luar partai politik ini bisa dicontoh partai politik lainnya,” kata Hendri.
Namun di sisi lain, Hendri menilai Ganjar akan sulit untuk keluar dari PDIP meski sudah diusung oleh Partai NasDem.
Menurutnya, hal ini disebabkan karir politik Ganjar begitu terbantu oleh PDIP yang menjadi partai yang menaungi.
“Bahkan saat Ganjar mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Tengah, itu ketua tim suksesnya atau panglima di lapangannya itu Puan Maharani. Jadi apa ada alasan oleh Ganjar untuk tidak membantu Puan Maharani sebagai calon presiden dari PDIP.”
“Itu terserah Ganjar,” ujarnya.
Pilihan Rasional NasDem karena Kadernya Tidak Ada yang Layak
Direktur Eksekutif Indonesia Politican Review (IPR), Ujang Komarudin menilai dipilihnya Andika, Ganjar, dan Anies sebagai kandidat capres sebagai pilihan rasional yang dilakukan Partai NasDem.
Hal tersebut, kata Ujang, lantaran kader Partai NasDem tidak layak untuk diusung ditambah tidak memiliki elektabilitas yang tinggi.
“Karena kadernya sendiri tidak ada yang layak, tidak ada yang pantas untuk bisa ditawarkan kepada publik sebagai capres dan cawapres. Standar umum itu kan tawaran dari internal adalah mereka-mereka yang memiliki elektabilitas yang tinggi.”
“Oleh karena itu, NasDem rasional dan pragmatis saja. Kalau di internal tidak ada ya tentu ya mengambil dari kalangan eksternal dan dari eksternal pun mengambil dari tokoh-tokoh yang memiliki elektabilitas yang tinggi,” ujarnya ketika dihubungi Tribunnews, Sabtu (18/6/2022).
Namun, menurut Ujang, ketika NasDem akhirnya mengusung Ganjar, ia menilai akan sulit lantaran tidak ada keuntungan elektoral bagi partai yang dipimpin oleh Surya Paloh ini.
Hanya saja, ketika mengusung Anies, Ujang menganggap keuntungan elektoral bagi Partai NasDem dikarenakan mantan Mendikbud tersebut merupakan salah satu sosok pendiri partai NasDem.
Sedangkan ketika NasDem memilih Andika, Ujang ragu jika memilihnya disebabkan elektabilitas Panglima TNI tersebut di beberapa survei nasional tidak setinggi dibanding Ganjar dan Anies.
“Ya soal nama (yang dicalonkan) saya tidak tahu ya. Antara dua nama lah (yang dipilih NasDem) saya berkeyakinan antara Anies atau Ganjar.”
“Namun ketika saya memilih satu nama cukup sulit karena NasDem akan rasional dalam konteks menentukan satu nama nanti dalam berkoalisi dengan partai-partai lain,” pungkas Ujang.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Suci Bangun DS)
Artikel lain terkait Bursa Capres