TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengadakan Workshop Toleransi Memperkokoh Negeri dan Pelatihan Santri Melalui Bidang Agama dan Multimedia di Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur pada Selasa-Jumat, 14-17 Juni 2022 lalu.
Kegiatan ini digelar dalam rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Milenial Muslim Bersatu (MMB) Khairul Anam menilai, peran para santri ini sangat penting untuk menekan meminimalisasi paham-paham yang radikal yang menjurus pada aksi-aksi teror serta menyebarkan konten konten keagamaan yang kreatif di dunia maya.
“Kegiatan semacam ini patut diapresiasi ujar Anam yang merupakan mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam keterangannya, Senin (20/6/2022).
“Apalagi pelatihan ini menghadirkan para trainer yang mumpuni di bidangnya, saya nilai ini tepat sasaran karena diikuti oleh para santri dari sepuluh pondok pesantren terbesar dan tertua di Jawa Timur,” tambahnya.
Pelatihan ini juga diapresiasi dan didukung santri yang mengikuti acara tersebut, santri asal Pondok Pesantren (Ponpes) Annuqoyah, Sumenep, Madura, Rosidi Bahri, menyatakan, banyak mendapatkan banyak hal, baik itu ilmu tentang nasionalisme, cinta tanah air, dan tentang kewajiban untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Saya menjadi lebih yakin dengan keterikatan berkesinambungan dari satu sama lain, akan memperkokoh persahabatan demi kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saya mempunyai niat yang sangat kuat di hati saya seluruh jiwa raga, saya waqafkan untuk negera kesatuan republik indonesia,“ ungkapnya.
Senada dengan itu, peserta lainnya santriwati dari Ponpes Tebuireng Jombang, Anis Faikatul Jannah menilai kegiatan ini sangat baik, dan menjadi bukti perhatian pemerintah kepada para santri.
“Kegiatan ini banyak memberikan pengetahuan baru baik tentang nasionalisme, pencegahan pemikiran radikal hingga terorisme. Ini juga menjadi kesempatan bagi para santri untuk membuktikan peranannya dalam merawat kebangsaan kita, eksistensi santri untuk negeri harus benar-benar dibuktikan,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dalam sambutannya pada pelatihan tersebut yang disampaikan oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi mengatakan, semangat resolusi jihad yang menggaungkan Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman) ini tidak boleh dilupakan dan harus terus diwariskan dan ditanamkan kepada para santri dan masyarakat secara luas.
Jihad kebangsaan untuk menjaga kedaulatan NKRI harus terus digemakan dan tidak pernah selesai untuk disuarakan.
“Resolusi jihad kekinian dengan semangat yang sama harus terus menjadi semangat ibadah dan perjuangan para santri,” kata Boy.
Menurutnya, ancaman kedaulatan bangsa ini tidak pernah usai. Berbagai aksi kekerasan dan teror yang merusak perdamaian dan kerukunan masyarakat masih menjadi potensi yang mengkhawatirkan.
Selain itu, penyebaran ideologi yang bertentangan dengan falsafah negara yang telah menjadi kesepakatan para leluhur bangsa ini selalu muncul di permukaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Karena itulah, usaha menjaga kedaulatan bangsa dan menjaga nilai dan warisan para leluhur bangsa Indonesia harus dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi. BNPT dengan kebijakan pentahelix terus berkomitmen dan konsisten untuk mengajak seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha maupun media,” ujar Boy.
Sedangkan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi mengatakan dalam sejarah melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan, kalangan kiai serta santri berada di garda terdepan.
Peran para santri di era sekarang tak kalah besarnya dibandingkan di era mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.
"Makanya kalangan santri harus mempunyai kecakapan digital sebagai senjata dalam melawan narasi-narasi keagamaan yang kerap dieksploitasi dan dimanipulasi untuk kepentingan politik,” kata dia, usai acara.