TRIBUNNEWS.COM - Peringatan 1.000 hari wafatnya Presiden RI ke-3, BJ Habibie digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada Sabtu (25/6/2022).
Sejumlah tokoh pun hadir dalam acara tersebut dan salah satunya adalah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan mantan Wakil Presiden, Boediono.
Dalam acara tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan kekaguman kepada Habibie dengan menganggap ia telah meninggalkan warisan luar biasa.
“Saya termasuk pribadi yang menerima legacy seperti yang disampaikan Boediono,” tuturnya dikutip dari Kompas TV.
Baca juga: Biografi BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia yang Menggantikan Soeharto
Pernyataan Sri Mulyani terkait legacy yaitu ekonomi Indonesia dapat diarahkan oleh Habibie sehingga bisa bangkit dari krisis.
Selain itu, Sri Mulyani juga menganggap Habibie adalah presiden yang mampu mengubah Indonesia menjadi luar biasa melalui terbitnya hampir 500 undang-undang dalam jangka waktu 512 hari.
Undang-undang tersebut, kata Sri Mulyani, membuat Indonesia berubah seperti adanya sentralisasi menjadi desentralisasi, independensi Bank Indonesia, disiplin kebijakan ekonomi makro, kebijakan kompetisi, kebijakan pailit, dan lain sebagainya.
“Saat itu belum ada di Indonesia, semuanya dibuat di era Habibie,” jelasnya.
Boediono Kenang saat Sidang Kabinet Era Habibie
Berbeda dengan Sri Mulyani, Boediono mengenang saat dirinya menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Habibie.
Wakil Presiden RI ke-11 itu mengungkapkan, menjadi menteri di era Habibie merupakan pengalaman yang menyenangkan.
Selain itu, ia menilai Habibie merupakan pemimpin yang terbuka dengan perbedaan pendapat.
“Menjadi anggota kabinet Reformasi Pembangunan bagi saya merupakan pengalaman yang mencerahkan, mencerdaskan, menyenangkan,” kata Boediono dikutip dari Kompas TV.
Baca juga: Sinopsis Film Habibie & Ainun 3 yang Diperankan Maudy Ayunda, Reza Rahadian, dan Jefri Nichol
Menurut Boediono, latar belakang Habibie yang merupakan ilmuwan membuat sidang kabinet di eranya dirasa dapat membuatnya memperoleh hal baru lantaran adanya diskursus panjang.