Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah sempat mengeluhkan sulitnya mencari peserta vaksinasi Covid-19 booster.
Padahal vaksinasi penguat tersebut penting di tengah merebaknya subvarian Covid 19.
Berdasarkan data resmi pemerintah hingga Sabtu 2 Juli lalu, masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis ketiga atau penguat (booster) yaitu 50.916.428 orang atau 24,45 persen.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Sebut Anak Penting Diberikan Vaksin Booster
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan rendahnya capaian tersebut karena orang-orang menganggap remeh vaksinasi booster.
Mereka menganggap setelah mendapatkan vaksinasi lengkap yakni dosis kesatu dan kedua, daya tahan tubuh sudah kuat.
“Orang underestimate-lah. Merasa sudah divaksin dua kali merasa lebih kuat,” kata Menkes dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (4/7/2022).
Menkes mengatakan bahwa sulitnya mencari peserta vaksinasi booster bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan di negara-negara lainnya di dunia.
Padahal secara ilmiah efek vaksin akan berkurang setelah enam bulan sehingga diperlukan vaksinasi penguat.
“(Vaksinasi) Itu akan memberikan perlindungan. Hati-hati, itu tidak ada buruknya. Disuntik itu apa sih, kalau saya sih mending disuntik daripda dicolok PCR karena hidungnya kan ga enak sekali. Suntik ini kan sekali dalam enam bulan. Kita lakukan ini untuk kehati-harian dan sangat bermanfaat,” katanya.
Pemerintah, kata Menkes, terus berupaya meningkatkan capaian vaksinasi booster.
Diantaranya dengan pendekatan pendekatan yang lebih inovatif sesuai dengan arahan Presiden.
“Bapak presiden juga sadar bahwa orang Indonesia juga ada cara-cara khusus untuk bisa terpacu agar mau booster. Sama seperti dulu mau divaksinasi orang tua susah sekali. Tapi begitu masuk mal mesti divaksinasi, orang tua mau semua. Kenapa? Karena orang tua senang nganter cucunya ke mal,” pungkasnya.