Pintu gerbang sekolah, yang menjadi akses keluar masuk ke rumah korban ditutup rapat.
Halaman rumah juga dipenuhi personel polisi berpakaian dinas, dan baju bebas. Rumah juga dipenuhi polisi.
Yang menimbulkan tanda tanya di keluarga, pihak kepolisian mengaku datang untuk menjelaskan kronologis insiden penembakan tersebut.
Namun, yang boleh mendengar penjelasan tersebut hanya ke dua orang tua, dan adik kandung Brigadir Yosua.
Sementara, keluarga lainnya berada di ruangan terpisah, polisi menjaga ketat keluarga agar tidak masuk ke ruangan, tempat polisi menjelaskan kronologis ke pada orangtua.
"Ya kami dipagar polisi, kakak dan abang itu (menyebut orangtua korban, dipanggil ke ruang sebelah. Dan kami tidak boleh dengar," kata Rohani, saat diwawancarai Tribunjambi.com, Selasa (12/7/2022).
Tidak hanya itu, pihak keluarga juga merasa diintervensi, mereka tidak boleh merekam kondisi atau kedatangan polisi tersebut.
"Polisi mengawasi, mereka bilang jangan ada yang merekam memfoto dan live facebook," katanya.
Setiap pergerakan keluarga dipantau ketat polisi, tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk, selama pihak kepolisian di lokasi.
Rohani memperkirakan, jumlah personel polisi mencapai 50 orang lebih, dengan mengendarai mobil.
Rohani mengaku sempat cemas, lantaran kondisi yang seolah mencekam di rumah duka.
Halaman sekolah sekaligus halaman rumah Brigadir Yosua dipenuhi polisi.
"Bahkan anak saya aja tidak bisa masuk, saya minta antar kunci rumah saya dan itu hanya bisa sebatas gerbang sekolah," pungkasnya.