TRIBUNNEWS.COM - Simak dampak resesi di bawah ini.
Resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya yang seolah-olah terhenti), dikutip dari KBBI.
Hal ini terjadi karena ada perlambatan aktivitas ekonomi secara umum.
Ketika aktivitas ekonomi sedang lesu, maka perusahan atau pemilik usaha dapat melakukan PHK atau bahkan bangkrut.
Resesi menyebabkan ketersediaan kredit mengetat, dan suku bunga jangka pendek cenderung turun.
Selengkapnya, berikut ini dampak resesi, dikutip dari Forbes dan Economic Policy Institute:
Baca juga: Resesi adalah Penurunan Ekonomi di Suatu Wilayah, Ini Cara Mengantisipasi Resesi
1. Kerusakan ekonomi
Resesi menghasilkan pengangguran yang lebih tinggi, upah dan pendapatan yang lebih rendah, dan kehilangan kesempatan secara lebih umum.
Kerusakan ekkonomi ini akan berdampak pada penurunan investasi swasta dan peluang ekonomi.
Biasanya, pemulihan ekonomi ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun.
2. Dampak pada pendidikan
Baca juga: 5 Riwayat Resesi Global, Ada The Great Depression dan Krisis Finansial Asia 1997
Pendidikan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Resesi dapat berdampak pada prestasi pendidikan dalam beberapa cara.
Faktor-faktor yang mengurangi sumber pendapatan keluarga akan berdampak pada tingkat dan kualitas pendidikan yang tersedia bagi anak-anak mereka.
Ketika orang tua sulit mencari uang karena dampak resesi, kemungkinan anak akan mendapat sedikit asupan gizi untuk pencapaian pendidikan yang lebih maksimal.
3. Meningkatnya pengangguran
Pengangguran merupakan dampak resesi yang paling terlihat.
Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan berkurangnya kesempatan ekonomi bagi individu dan keluarga.
Kehilangan pekerjaan, pengurangan pendapatan, dan peningkatan kemiskinan semuanya mengakibatkan kerugian bagi individu dan ekonomi yang lebih luas.
Sebuah penelitian menemukan, lulusan perguruan tinggi yang memasuki dunia kerja selama resesi akan menghasilkan lebih sedikit daripada mereka yang masuk di lingkungan non-resesi.
Selain jumlah pengangguran yang meningkat, resesi juga mengakibatkan jalur pendapatan dan jalur pekerjaan juga terpengaruh.
4. Persaingan kerja yang ketat
Baca juga: Tanggapan Sri Mulyani soal Indonesia Berpotensi Resesi, Minta Tetap Waspada
Tingkat pengangguran dapat meningkat saat resesi.
Bahkan setelah 15 tahun, kehilangan upah masih tinggi akibat resesi.
Hal ini memicu persaingan yang ketat di dunia kerja.
Lulusan non-perguruan tinggi cenderung bernasib lebih buruk.
Sementara pengangguran dalam resesi terakhir telah meningkat untuk semua kelompok, mereka yang berpendidikan lebih rendah.
Mereka yang berpenghasilan lebih rendah menghadapi tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang lain.
5. Kehilangan pekerjaan
Pemberhentian Kerja atau PHK dapat menjadi hal yang umum terjadi selama masa resesi.
Biasanya, perusahaan mengurangi pengeluaran dengan melakukan PHK pada karyawan.
Karyawan yang tidak bekerja karena PHK dapat mempertajam angka pengangguran.
Kehilangan pendapatan dapat bertahan selama bertahun-tahun, bahkan setelah mendapat pekerjaan baru, seringkali dengan gaji yang lebih rendah.
6. Isu kesehatan mental
Resesi yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran dapat menimbulkan masalah lain.
Mereka yang ter-PHK dan menganggur cenderung memiliki mental yang rentan terhadap depresi.
Dampak kehilangan pekerjaan jauh melampaui pendapatan dan pendapatan, yaitu berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Hal ini karena cara menghadapi resesi tergantung pada berbagai faktor dan tidak semua orang tahan terhadap depresi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Apa Itu Resesi