TRIBUNNEWS.COM - Dokter Forensik RSUD Moewardi dan RS UNS Surakarta, Novianto Adi Nugroho, memberikan pendapatnya terkait munculnya luka memar pada jasad Brigadir J.
Brigadir J diketahui tewas setelah terlibat baku tembak dengan rekannya sesama polisi, Bharada E, di rumah Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo, pada Jumat (8/7/2022).
Setelah jasad Brigadir J dipulangkan, pihak keluarga pun mengungkap kejanggalan adanya luka memar di tubuh Brigadir J.
Padahal polisi menginformasikan kepada keluarga bahwa Brigadir J tewas karena luka tembak.
Menanggapi hal tersebut, dr Novianto menjelaskan luka memar biasanya disebabkan oleh kekerasan dengan permukaan tumpul.
Atau, luka yang terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang darahnya merembes ke jaringan sekitar.
Baca juga: 5 HP Keluarga Brigadir J Sempat Diretas, Ada Pesan yang Dihapus, Ayah Masih Takut Pakai WA Lagi
Sehingga daerah luka tersebut akan mengalami perubahan warna pada kulit atau organ tubuh lainnya.
"Luka memar bisa disebabkan oleh kekerasan dengan permukaan tumpul, yaitu luka yang terjadi karena kerusakan pembuluh darah yang darahnya merembes ke jaringan sekitar sehingga tampak perubahan warna di kulit atau organ lain," kata dr Novianto kepada Tribunnews.com, Kamis (14/7/2022).
dr Novianto mengungkapkan, luka memar juga bisa terjadi pada sekeliling luka tembak.
Memar tersebut muncul karena adanya proses inflamasi di sekitar luka tembak.
"Memar pada luka tembak bisa terjadi pada sekeliling luka saja yang menandai adanya proses inflamasi di sekitar luka tembak," terang dr Novianto.
Baca juga: Soal 5 Tembakan Bharada E Buat 7 Luka Tembak di Tubuh Brigadir J, Ahli Forensik Beri Penjelasan
Ada juga kemungkinan bahwa luka memar yang dimaksud keluarga Brigadir J tersebut adalah lebam mayat.
Pasalnya, setelah 30 menit kematian korban, biasanya akan muncul lebam mayat.
Lebam mayat ini warnanya memang hampir menyerupai luka memar, sehingga bisa disalahartikan sebagai luka memar.