TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menjelaskan peristiwa jatuhnya pesawat latih tempur di Blora, Jawa Tengah.
Fahmi menjelaskan peristiwa naas ini sudah kali ketiga, sejak pesawat ini didatangkan oleh pemerintah.
Yakni sejak datangnya 16 unit pesawat hasil kerja sama Korea Selatan dan Amerika Serikat itu, pada kurun waktu 2013 hingga 2014.
Mengutip Tribunnews.com, Fahmi mengatakan insiden pertama terjadi pada Desember 2015.
"Sahabat saya, Letkol Marda Sarjono dan Co-Pilotnya, Kapten Dwi Cahyadi, gugur dalam kecelakaan itu," kata Fahmi.
Insiden kedua, lanjut Fahmi, terjadi pada Agustus 2020.
Pesawat tergelincir di Lanud Iswahjudi Madiun hingga menyebabkan tewasnya Pilot Letkol Luluk Teguh Prabowo, setelah tiga pekan dirawat di rumah sakit.
Baca juga: UPDATE Pesawat TNI AU yang Jatuh di Blora: Berikut Spesifikasi Pesawat hingga Kondisi sang Pilot
Setelah insiden kedua itu, 14 pesawat yang tersisa menjalani pemeriksaan dan perawatan untuk memastikan kelayakannya.
Namun ternyata, lanju Fahmi, sebuah insiden kembali terjadi pada Agustus 2021.
"Sebuah komponen pesawat dilaporkan jatuh pada saat terbang latih di wilayah udara Jawa Timur. Bersyukur, pilot dan pesawat mendarat dengan selamat," lanjut Fahmi.
Hingga akhirnya pesawat latih T-50i Golden Eagle TNI AU jatuh di Blora, Jawa Tengah, pada Senin (18/7/2022) kemarin malam.
Pesawat tersebut sempat dilaporkan hilang kontak sekira satu jam setelah mengudara dari Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.
Fahmi sebelumnya sempat melihat dan mendengar gemuruh pesawat, sesaat setelah lepas landas dan mengudara di atas Kota Madiun.
"Siapa mengira itu adalah gemuruh dan penerbangan terakhir bagi TT5009 dan sang pilot muda, Letnan Satu Penerbang Allan Syafitra Indera, yang belum lama melepas masa lajangnya," kata Fahmi.
Atas insiden ini, Fahmi turut merasakan duka dan keprihatinan mendalam.
Baca juga: TNI AU Kirim Tim untuk Evakuasi Pesawat T-50i Golden Eagle yang Jatuh di Blora
Usia Pesawat
Mengenai musibah itu, Fahmi menjelaskan banyak faktor penyebabnya.
Tidak hanya karena usia, pesawat dapat pula jatuh karena terjadi human error dalam penerbangan.
Di luar kemungkinan human error dalam penerbangan maupun kelalaian dalam persiapan penerbangan, ada masalah cuaca, problem teknis menyangkut mekanik maupun avionik, atau bahkan kelalaian dalam pemeliharaan.
"Untuk mengetahuinya secara pasti, tentunya harus menunggu hasil investigasi," kata Fahmi.
Meskipun, peluang dibukanya informasinya ke publik sangat kecil, Fahmi berharap pemerintah dapat menggunakan hasil investigasi itu sebagai bahan evaluasi.
Terlebih sebagai pertimbangan dalam kebijakan yang menyangkut tata kelola alutsista baik soal pengadaan, penggunaan, pemeliharaan maupun pengembangan kapasitas SDM yang terlibat dalam pengelolaannya.
Baca juga: TNI AU Kirim Tim untuk Evakuasi Pesawat T-50i Golden Eagle yang Jatuh di Blora
Pesawat Jatuh di Blora
Sebelumnya sebuah pesawat latih tempur TNI AU dikabarkan jatuh saat latihan terbang malam di Blora.
Mengutip Kompas Tv, pesawat benomor T-50 Golden Eagle TT 5009 yang dipiloti oleh Lettu penerbang Allan Safitra Indra sebelumnya lepas landas di Lanud Iswahyudi Madiun Jawa Timur pada 18.24 WIB, dengan misi night tactical intercept.
Satu jam setelahnya, yakni pada 19.28 WIB, pesawat dinyatakan hilang kontak.
Hingga pada akhirnya ditemukan beberapa puing di Desa Nginggil, Kecamatan Blora, Jawa Tengah.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma Indan Gilang menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mendekati area jatuhnya pesawat.
Baca juga: Kemampuan Pesawat Tempur Latih T-50i Golden Eagle, Mampu Melesat 1.600 Kilometer per Jam
"Termasuk juga mohon untuk bisa tidak mengambil gambar ya dan mempublikasikan gambar-gambar pesawat tersebut, untuk juga tidak menyebarluaskan foto-foto dan video tersebut," jelas Indan Gilang.
Terkait dengan kondisi pilot pesawat tempur ini, Indan Gilang belum dapat memberikan keterangan.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Gita Irawan)