Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberdayakan penyintas hingga mantan narapidana terorisme membangun kemandirian ekonomi.
Upaya tersebut merupakan implementasi strategi pentahelix (multipihak) penanggulangan terorisme.
Pemberdayaan masyarakat dalam rangka deradikalisasi itu dilakukan bekerja sama dengan dunia usaha yang dikemas dalam bentuk santripreneurship atau interpreneurship.
“Kita ingin ada kemandirian bagi aspek ekonomi bagi para penyintas dan juga bagi para peserta program deradikalisasi yang mayoritas adalah eks napi teror dengan membentuk koperasi-koperasi yang kita jalankan,” kata Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar setelah acara Presiden Lecturer, Jakarta, Selasa (19/7/2022).
Boy mengatakan upaya tersebut juga merupakan bentuk pencegahan tindak terorisme, sebagaimana amanat Undang-Undang yang menjadi tanggung jawab BNPT.
Baca juga: BNPT: Perlu Kerja Sama Internasional Usut Dugaan Aliran Dana ACT ke Jaringan Teroris Luar Negeri
Upaya kerja sama multipihak lainnya diwujudkan dengan sinergi BNPT dengan 46 kementerian dan lembaga, termasuk pemerintah daerah.
Boy mengatakan kerja sama dengan elemen oemerintah itu dilakukan dalam rangka melaksanakan rencana aksi nasional penanggulangan ekstrimisme berbasis kekerasan.
BNPT, sambung dia, juga menggandeng civitas akademisi untuk meredam ideologi anti-Pancasila di dunia pendidikan.
Baca juga: BNPT Gelar Aksi Donor Darah di Dua Lokasi Sekaligus: Jakarta dan Sentul Bogor
“Kami mencoba hadir kepada dunia pendidikan, kami juga berbicara kepada unsur-unsur pemangku kepentingan di bidang pendidikan termasuk dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Boy.
“Kebijakan, strategi apa yang harus dilahirkan, regulasi apa yang harus dilahirkan agar bangsa kita tetap memiliki semanagat untuk bertoleransi. Ini sudah hal-hal yang kita lakukan,” lanjut dia.
Selain itu, Boy menambahkan bahwa BNPT juga bekerja sama dengan media, baik media mainstream maupun media sosial untuk melakukan kontra narasi terkait propaganda terorisme yang kerap di lakukan, sehingga menimbulkan efek yang meluas.
“Makanya kita bekerja sama dengan Dewan Pers, bekerja sama dengan media mainstream, bekerja sama dengan media sosial agar narasi yang terbangun adalah narasi yang moderat, menghormati perbedaan, tidak kendukung apa yang disampaikan oleh jaringan terorisme,” kata Boy.
“Itu adalah bentuk dari semangat pentahelix, pelibatan multipihak yang terus kita upayakan semakin hari semakin baik kualitasnya,” lanjut dia.
Baca juga: Penjelasan BNPT Soal Dugaan Adanya Dana Kemanusiaan ACT Mengalir untuk Pendanaan Terorisme