TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Pihak keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J berharap autopsi terhadap jenazah almarhum segera dilaksanakan.
Hal ini karena jenazah Brigadir J sudah hampir dua pekan dimakamkan.
"Kita Khawatir juga, secepatnya kalau bisa diautopso karena takutnya busuk juga," kata Bibi Brigadir Yosua, Rohani, Sabtu (25/7/2022).
Rohani hanya diberitahu oleh pengacara keluarga kalau autopsi direncanakan dilaksanakan awal minggu depan.
"Belum tahu kami entah kapan, cuma dapat info katanya awal minggu depan," ucapnya.
Sementara itu Rohani menuturkan bahwa sebelum diautopsi akan dilaksanakan upacara keagamaan.
"Persiapannya ibadah dari gereja, sebelum digali harus diserahkan dulu ke gereja, upacara gitulah. Kita berdoa kepada Tuhan," ucapnya.
Kendala Autopsi Jenazah
Terpisah, Kepala Unit Forensik Rumah Sakit Universitas Indonesia, Made Ayu Mira Wiryaningsih membaca kesulitan yang menjadi tantangan pada proses autopsi Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Sebagaimana diketahui, jenazah Brogadir J telah dimakamkan di kampung halamannya, Kampung Sungai Bahar, Batang Hari, Jambi pada Senin (11/7/2022), lalu.
Tentu ini menjadi tantangan tim forensik dalam melakukan pemeriksaan.
"Karena ini sudah autopsi yang kedua, sudah hampir dua minggu sejak dimakamkan, pasti hasilnya tidak akan seoptimal pada waktu autopsi yang pertama. Dalam artian, mungkin sebagian luka-lukanya sudah mengalami pembusukkan," ujarnya.
"Walaupun pada pemberitaan sudah dilakukan pengawetan terhadap jenazah namun pengawetan jenazah itu sifatnya hanya memperlambat proses pembusukkan."
"Jadi bukan stop total (tidak mengalami pembusukkan), tapi hanya memperlambat,"kata Made Ayu Mira, Jumat (22/7/2022) dikutip dari tayangan Kompas TV.
Baca juga: Babak Baru Kasus Kematian Brigadir J di Rumah Ferdy Sambo, Autopsi Ulang di Gelar Awal Pekan Depan
Selain itu, proses pembusukkan juga tergantung pada faktor kondisi lingkungan tempat pemakaman.
Kendati demikian, autopsi masih bisa dilakukan secara maksimal.
Apalagi jika berkaitan dengan kasus-kasus tentang kekerasan secara fisik.
"Kadang-kadang dengan telah dilakukannya pemberian formalin (pada jasad seseorang) itu malah dapat memfiksasi, jadi terkadang temuan-temuan (luka) itu tetap akan stay (terlihat) di sana (bagian tubuh) dan masih bisa kita temukan."
"Jadi harapannya adalah walaupun kita melakukan autopsi ulang setelah hampir dua minggu ini, mudah-mudahan dengan proses pengawetan sebelumnya, masih bisa kita malakukan autopsi dengan optimal dan mendapatkan hasil dengan optimal juga."
"Kalau misalnya untuk kasus-kasus trauma yang berkaitan dengan kekerasan, kemungkinan besar masih bisa ditemukan kelainan-kelainan tersebut," jelas Made Ayu Mira.
Made Ayu Mira yakin,dokter-dokter yang terlibat dalam proses autopsi ulang ini akan berupaya dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan mempertimbangkan kondisi yang ada.
Terkait keterlibatannya pada kasus ini, Made Ayu Mira menjelaskan sampai hari ini pihaknya belum mendapatkan surat untuk membantu proses penyidikan lebih lanjut ya
"Jadi kalau ada surat permintaan kepada kami, kami akan siap membantu proses penyidikan ini," jelas Made Ayu Mira.
7 Dokter Forensik
Setidaknya ada tujuh orang dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Kedokteran Forensik Indonesia bakal dilibatkan dalam proses autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir J.
Hal itu diungkapkan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Kendati demikian, pihaknya tidak merinci siapa daftar dokter eksternal yang dilibatkan dalam autopsi ulang tersebut.
"Kalau dari perhimpunan kedokteran forensik Indonesia yang saya sudah dapatkan informasi ada 7 orang."
"Namanya saya tidak hafal ada beberapa guru besar di situ yang memang ekspert di bidang terutama forensik itu akan hadir ya termasuk nanti dari kedokteran forensik dari Polri yang juga sudah memiliki pengalaman," jelas Dedi.
Sumber: Tribun Solo/Tribun Jambi/Tribunnews.com