TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Brigadir J tewas ditembak di rumah Irjen Ferdy Sambo. Bharada E disebut sebagai penembaknya. Senjata apa yang digunakan dalam kejadian ini?
Diberitakan Tribunnews, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) kini mendalami soal senjata api yang digunakan Bharada Richard Eliezer atau Bharada E.
Seperti diketahui, Bharada E menjadi tersangka kasus baku tembak yang menewaskan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Komnas HAM akan meminta keterangan pihak kepolisian terkait balistik dalam rangka penyelidikan kasus tewasnya Brigadir J, Jumat (5/8/2022) hari ini.
Komisioner Komnas HAM RI, Beka Ulung Hapsara, menyampaikan pihaknya akan menanyai sejumlah hal terkait balistik, di antaranya terkait penggunaan senjata dan peluru terkait tewasnya Brigadir J.
2 Jenis senjata yang disebut ada dalam kejadian di rumah Ferdy Sambo
Pistol jenis Glock 17 digunakan Bharada E dalam baku tembak pada Jumat, 8 Juli 2022 lalu dengan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Sementara dengan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J disebut menggunakan senjata jenis HS-19 dengan 16 peluru di magasinnya.
Hal di atas adalah sebagaimana keterangan Kapolres Metro Jakarta Selatan ketika itu, Kombes Budhi Herdi Susianto, sebelum dinonaktifkan.
Ia mengungkapkan tentang dua jenis senjata api yang digunakan dalam insiden baku tembak di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Budhi menjelaskan saat insiden baku tembak Bharada E menggunakan senjata jenis Glock 17.
"Perlu kami jelaskan bahwa saudara RE menggunakan senjata Glock 17 dengan magazine maksimum 17 butir peluru," kata Budhi kepada wartawan, Selasa (12/7/2022).
Baca juga: Bharada E Jadi Tersangka, Kuasa Hukum Brigadir J Singgung soal Bayaran: Dia Cuma Dikorbankan
Sementara Brigadir J saat kejadian menggunakan senjata jenis HS-9.
Berikut informasi seputar dua senjata di atas yang berhasil dihimpun Tribunnews:
Pistol Glock 17
Dilansir dari bangkapost.com, pistol Glock digunakan Polri untuk mempersenjatai unit Kepolisian khususnya seperti satuan khusus Brimob dan Densus 88 Antiteror.
Pistol ini dipilih karena tingkat keamanan, kekuatan, dan akurasi yang mempunyai kualitas yang tangguh.
Secara tekhnis Glock mempunyai keunggulan dengan penggunaan bahan polimer yang tahan panas hingga 200 derajat celcius, sedang keunggulan lain ada pada larasnya.
Glock 17 menggunakan poligonal rifling pada laras, yaitu sistim alur dalam laras yang baru dan berbeda dengan alur konvensional.
Glock 17 juga memiliki chamber loaded indicator yang berfungsi untuk mendeteksi kamar peluru.
Recoil Spring Glock 17 juga mengadaptasi sistem Captive Recoil Spring, untuk mencegah terjadinya kesalahan proses melepas per tolak balik, sehingga tidak melukai pengguna seperti melukai muka atau mata operator.
Pengoperasian Glock 17 sangat praktis karena tombol dapat diakses dengan mudah tanpa mengubah genggaman, sehingga Glock sangat cocok untuk penggunaan rapid shooting.
Glock 17 juga dilengkap 3 tombol yang meningkatkan efektifitas penembak yaitu tombol pelepas magasin, pengunci slide, dan penghenti slide.
Pistol HS-19
HS-19 merupakan senjata genggam semi otomatis buatan HS Produk, Kroasia.
Di Indonesia HS-19 juga HS 2000 dipakai jajaran Korps Brimob Polri untuk memperkuat unit khusus seperti tim anti teror CRT (crisis response team), unit GAG (Gerilya anti Gerilya), dan misi Polri di PBB di Sudan.
Pabrikan HS Produkt merancang Pistol semi otomatis HS-9 dengan standard keamanan yang tinggi bagi pengguna dan orang di sekitarnya, antara lain:
1. Firing Pin Status Indicator
Penembak dapat memeriksa status Pin Indikator dengan melihat atau menyentuh untuk memverifikasi Pin Indikator.
Jika Pin indikator dalam kondisi menonjol menunjukkan bahwa sistem pemukul proyektil sudah aktif dan siap di picu dengan menarik pelatuk (triger) untuk melakukan tembakan.
2. The Loaded Chamber Indicator
Load chamber indicator memungkinkan penembak untuk memverifikasi, secara visual atau dengan sentuhan, dan tanpa keraguan bahwa ada putaran di dalam chamber amunisi.
3. Trigger Safety system
Menjaga keamanan senjata agar tidak meledak sendiri ketika terjatuh atau terbentur merupakan terobosan yang revolusioner.
Senjata HS-19 melengkapi dirinya dengan Trigger safety system yang mengkombinasikan sistem keamanan pada picu penarik pelatuk (triger) untuk memicu terjadinya penembakan.
Sehingga meski senjata terjatuh dan terlempar tidak akan memicu terjadinya ledakan amunisi dalam chamber.
4. Grip Safety
Selain Trigger safety System, HS-19 masih diperkuat dengan standard keamanan Grip Safety yang merupakan sistem mekanis kunci pada lekukan atas Grip Pistol.
Tembakan dapat dilepaskan jika secara bersamaan Grip Safety dan Trigger ditekan.
Grip di desain dengan sangat ergonomis dengan bahan polimer yang kuat beradaptasi dengan lingkungan ekstrim, suhu panas, anti karat, menggunakan desin yang kompak serta berkontur.
Latar belakang kasus penembakan di rumah Ferdy Sambo
Diketahui, insiden baku tembak terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekira pukul 17.00 WIB.
Menurut keterangan polisi peristiwa berawal saat Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masuk ke kamar pribadi istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Diduga Brigadir J melakukan pelecehan dan menodong istri Irjen Ferdy Sambo dengan menggunakan senjata.
"Setelah melakukan pelecehan, dia juga sempat menodongkan senjata ke kepala ibu Kadiv," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, Selasa (12/7/2022).
Saat itu, kata Budhi, Istri Irjen Ferdy terbangun dan hendak berteriak meminta pertolongan.
Saat itu, istri Ferdy Sambo berteriak.
Brigadir J pun panik karena mendengar suara langkah orang berjalan yang diketahui merupakan Bharada E.
Baru separuh menuruni tangga, Bharada E melihat sosok Brigadir J keluar dari kamar.
Bharada E kemudian bertanya kepada Brigadir J terkait teriakan tersebut.
Bukannya menjawab, Brigadir J malah melepaskan tembakan ke arah Bharada E.
"Pada saat itu tembakan yang dikeluarkan atau dilakukan saudara J tidak mengenai saudara E, hanya mengenai tembok," kata Budhi.
Berbekal senjata, Bharada E membalas serangan Brigadir J.
Hingga akhirnya, lima tembakan yang dilepaskan bersarang di tubuh Yosua.
"Saudara RE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada di pinggangnya. Nah ini kemudian terjadi penembakan," katanya.
Singkat cerita, Brigadir J pun tewas diterjang peluru yang dilesatkan Bharada E.
Fakta baru
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mendapati keterangan jika Bharada E baru menggunakan pistol jenis Glock pada November 2021 dari Divisi Propam Polri.
"Dia baru dapat pistol itu bukan November tahun lalu, menurut keterangannya itu dari Propam," ujarnya, Kamis (4/8/2022).
Edwin menyatakan, jika dihitung dari insiden baku tembak yang terjadi di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J, rentang waktunya cukup jauh dari terakhir kali Bharada E berlatih menembak.
Ia menyebut, terakhir kali Bharada E latihan menembak terjadi pada Maret 2022 lalu.
Sedangkan, kejadian insiden baku tembak terjadi empat bulan setelahnya yakni pada 8 Juli 2022.
"Dia terakhir latihan tembak itu tahun Maret tahun ini," jelasnya.