TRIBUNNEWS.COM - Rektor IPB Arif Satria mengapresiasi capaian swasembada beras Indonesia selama tiga tahun berturut-turut. Menurutnya, capaian tersebut merupakan kado istimewa bagi bangsa Indonesia yang genap berusia 77 tahun. Indonesia, kata Arif, sukses memenuhi kebutuhan pangannya sendiri di tengah ancaman pandemi Covid-19 dan juga krisis global lainya.
"Saya menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pencapaian Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi Covid-19 tanpa impor. Indonesia dipandang sebagai negara yang mampu berswasembada sekaligus memiliki resiliensi ketangguhan menghadapi Covid-19. Penghargaan ini menjadi hadiah hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77," ujar Arif, Minggu, 14 Agustus 2022.
Arif menjelaskan, keberhasilan ini merupakan akumulasi dan kerja keras semua pihak, termasuk upaya jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengimplementasikan semua arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan produksi selama pandemi.
"Diantaranya pengembangan varietas unggul, intensifikasi dan ekstensifikasi, pemupukan yang lebih baik dan bijak, membangun bendungan, memperbaiki saluran irigasi, memanfaatkan sistem mekanisasi, pemberian kredit usaha rakyat dan pendampingan penguatan kelembaban petani," katanya.
Menurut Arif, semua program tersebut telah meningkatkan produktivitas padi nasional sehingga produktivitas Indonesia berada di nomor 2 tertinggi di Asia Tenggara. Program-program tersebut juga telah menyebabkan ketersediaan beras Indonesia relatif aman dan mencukupi.
"Bahkan data survei stok beras yang dilakukan BPS berada di Kisaran 9,7 juta ton hingga 10,2 juta ton pada periode April hingga Juni 2022. Kita berterimakasih kepada para petani yang telah bekerja keras untuk mencapai swasembada ini," katanya.
Meski demikian, kata Arif, Indonesia masih dihadapkan pada banyaknya jumlah penduduk dan tingginya konsumsi beras perkapita selama 5 tahun terakhir. Karena itu, kata dia, Indonesia perlu berkeja lebih keras untuk mengoptimalkan semua laham intensifikasi, ekstensifikasi maupun program diversifikasi pangan berbasis bahan pangan lokal.
"Kita harus produktifkan lagi pertanian di lahan marginal seperti lahan rawa lahan eks tambang, lahan pasang surut dan lahan dengan salinitas tinggi. Semua perlu dicarikan terobosan teknologi yang lebih visible," katanya.
Pada saat yang sama, Arif mengatakan perlunya menekan laju konversi lahan sawah produktif sebagai bagian dari upaya peningkatan ketersediaan pangan nasional. Kemudian diperlukan juga upaya penurunan food loss and food waste untuk mencapai pertanian yang presisi.
"Kita perlu menekan food loss yang saat ini mencapai kurang lebih 9-11 persen. Kita juga harus bisa merubah perilaku konsumen untuk bisa menekan yang saat ini kontribusinya hingga sampai 9 persen," jelasnya. (*)