Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Polisi Boy Rafli Amar menjelaskan, Pekerja Migran Indonesia (PMI) lebih rentan terpapar dan terlibat dalam pendanaan terorisme.
Hal ini didorong oleh beberapa faktor diantaranya minimnya kemampuan literasi digital dan pengetahuan terkait bahaya radikal terorisme, serta kemunculan platfrom komunikasi baru dan new payment method seperti metaverse dan cryptocurrency.
“Karena sifatnya yang transnasional, perkembangan ancaman radikal terorisme dan pendanaan terorisme sangat dipengaruhi dinamika perkembangan lingkungan strategis baik secara global, maupun nasional, yang membawa implikasi secara langsung maupun tidak langsung,” ujar Boy Rafli dalam Consular Talk #4 bersama Konsulat Jenderal Republik Indomesia (KJRI) untuk San Francisco, Prasetyo Hadi, dan diaspora Warga Negara Indonesia (WNI) di San Francisco, dalam keterangan yang diterima, Selasa (13/9/2022).
Boy menyebut keterlibatan PMI dalam terorisme sudah terjadi di Singapura dan Hong Kong.
Selain terlibat dalam pendanaan, di antara mereka juga ada yang terlibat dalam perencanaan bom bunuh diri.
Selain itu, sampai dengan tahun 2022, masih terdapat Foreign Terrorist Fighters (FTF) Indonesia yang berada di zona konflik Irak dan Siria.
"Mereka merupakan korban propaganda ideologi terorisme yang anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pro ideologi transnasional, kerap menggunakan narasi agama sebagai landasan untuk bersikap intoleran, eksklusif, bahkan melakukan aksi kekerasan," kata dia
Dengan jumlah data tentang keterlibatan PMI dalam terorisme di luar negeri, Boy mengimbau agar 13.886 orang WNI yang berada di wilayah kerja KJRI San Francisco lebih waspada.
“Selaku diaspora WNI di Amerika Serikat kami harap dapat menghindari segala bentuk ancaman radikal terorisme dan pendanaan terorisme,” lanjutnya.
Baca juga: BNPT Jalin Kerja Sama Penanggulangan Ekstremisme dengan Kantor Kontra Terorisme PBB
Diketahui, Kunjungan Boy ke KJRI San Francisco menjadi salah satu agenda kerja di Amerika Serikat.
Sebelumnya, Boy memimpin delegasi Indonesia dalam The First United Nations Global Congress of Victims of Terrorism di New York pada 8-9 September 2022