Bagi Airlangga, kata “APEM” juga mempunyai makna dan filosofi tersendiri.
A berarti Akar Sejarah yang kuat, berarti menjaga tradisi, budaya dan selalu menjaga warisan para pahlawan bangsa.
P berarti Persatuan dan kesatuan, yaitu menjaga dan menanamkan nilai-nilai toleransi untuk menjaga kerukunan dalam kebinekaan’
E adalah ekonomi Kerakyatan, yaitu pembangunan ekonomi haruslah dipusatkan dan ditujukan untuk kemakmuran rakyat
M yakni Masyarakat yang Maju, Beragama dan Berakhlakul karimah.
“Nilai-nilai A-P-E-M APEM inilah yang menjadi garis perjuangan saya dimanapun saya berada, dan selalu menjadi pedoman dalam menjalankan segala amanah yang saya emban,” kata Airlangga.
Baca juga: Menko Airlangga: Rekayasa Genetika Bisa Tingkatkan Produktivitas Pangan Nasional
Rutin Gelar Haul
Nusron Wahid yang turut hadir dalam acara itu menyatakan, selama ini Airlangga memang rutin menggelar haul untuk para leluhurnya.
"Beliau (Airlangga Hartarto) memang rutin menggelar haul untuk leluhurnya, Kiai Ageng Gribig, agar nilai atau spirit perjuangannya terus menginspirasi," kata Nusron Wahid, Kamis (15/9).
Tema haul kali ini adalah Malam Grebeg Sebaran Apem Yaa Qowiyyu "Winayang Bajra Thrustaning Rat".
Tradisi sebaran apem yang diadakan di Desa Jatinom, Klaten dalam Haul Kyahi Ageng Gribig diselenggarakan hari Jumat terakhir di bulan Safar.
Tradisi tersebut dikaitkan dengan kisah Kyai Ageng Gribig, yang dipercaya sebagai juru dakwah dari Wali Songo, keturunan Raja Bhrawijaya V dari keraton Majapahit, ketika melakukan ibadah haji ke Mekkah.
Di tanah suci, ia mendapatkan apem yang ketika dibawa sampai ke Jatinom untuk dibagikan ke anak-anaknya masih hangat.
Namun karena yang dibawa hanya tiga buah apem dan kurang, maka Kyai Ageng Gribig meminta kepada Allah SWT agar apem tersebut bisa berlipat jumlahnya.