Menurutnya hal yang menjadi prioritas adalah memperbaiki hubungan antarlembaga tersebut.
Prajurit dan publik menurutnya tidak perlu ditarik-tarik untuk cawe-cawe, jika masih ada problem personal antara Dudung dan Effendi.
Ia mengatakan ketidakcocokan personal itu mungkin terjadi di manapun dan pada siapapun.
Menurutnya hal tersebut bukanlah masalah, sepanjang masing-masing tetap menjalankan peran dan fungsinya dengan baik serta memahami batasan kewenangan dan tanggungjawabnya.
Para pimpinan TNI, kata dia, harus mampu menunjukkan kemampuan dan kematangannya dalam mengarahkan dan mengendalikan para prajurit.
Para legislator, harus lebih bijak dalam penyampaian pendapat terbuka karena pesan yang sama bisa ditangkap secara berbeda oleh orang yang berbeda maupun pada situasi yang berbeda.
"Lantas bagaimana jika polemik ternyata terus berlanjut, meluas dan melibatkan lebih banyak pihak? Ya menurut saya itu akan menandakan bahwa polemik ini tidak lagi alamiah, melainkan sudah dipolitisasi serta memiliki motif, kepentingan dan tujuan," kata Fahmi.
Faktanya, sampai hari ini, meskipun yang dituding oleh Effendi adalah TNI secara umum, namun reaksi luas hanya terjadi di TNI AD.
Baca juga: TNI AD Terima Permintaan Maaf Effendi Simbolon, Dudung Perintahkan Jajarannya Setop Sampaikan Protes
"Apakah yang lain tidak merasa tersinggung atau tersakiti? Saya kira sama saja. Mungkin perbedaannya ada pada pengendalian dan itikad untuk memahami batasan cara bertindak," kata Fahmi.
Terkini, Effendi Simbolon telah meminta maaf secara terbuka di ruang Fraksi PDIP Kompleks Parlemen Senayan Jakarta terkait pernyataannya tenrang TNI yang memicu protes dari sejumlah prajurit TNI AD melalui media sosial.
Sehari setelahnya, Dudung menggelar konferensi pers di Markas Besar TNI Angkatan Darat Jakarta Pusat dan menyatakan jajarannya telah memaafkan Effendi.
Keduanya juga telah bersedia untuk melakukan pertemuan.
Namun demikian, hingga saat ini belum bisa dipastikan kapan dan di mana pertemuan itu akan berlangsung.