TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institut Teknologi Indonesia (IT) melakukan penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) dan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan mitra dari Perguruan Tinggi Institusi Pemerintah dan Industri Swasta di Serpong, Tangerang, Banten.
Ini merupakan salah satu aktivitas dari program kerja International Supporting System (ISS) MBKM Institut Teknologi Indonesia yang didanai oleh Program Kampus Merdeka yang merupakan amanah dari Kemendikbudristek.
Hal ini disampaikan Prof. Dr. Ir Dwita Swastiyanti selaku PIC ISS - MBKM ITI dalam pidatonya pada hari Jumat (30/9/2022).
"Program ISS - MBKM ITI sudah berjalan sejak bulan Juli sampai dengan hari ini dan sudah dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain, mengenai pemuktahiran atau pembaharuan panduan kebijakan SOP dan juga membangun system web MBKM,. Dan pada hari ini kami menyelenggarakan penandatanganan sejumlah dokumen kerjasama yang dapat mendukung MBKM yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa ITI," kata Dwita Swastiyanti dalam keterangannya.
Adapun output yang sudah dihasilkan pada hari ini adalah panduan MBKM yang merupakan implementasi kegaiatan MBKM bulan Oktober 2022 yang baru akan di launching nanti pada 1 Oktober 2022.
Baca juga: Perguruan Tinggi Miliki Peran Penting Dalam Pengembangan dan Penelitian di Sektor UKM
Menurut dia itu merupakan hasil dari workshop bersama antara ITI dan Mitra dan ada juga kebijakan baru pemuktahiran yang disesuaikan dengan kebijakan pemerintah khususnya Kemendikbudristek serta kebutuhan mitra maupun kebutuhan Perguruan Tinggi.
Selain itu sistem informasi juga sudah dibentuk yang akan disosialisasikan pada bulan Oktober 2022 untuk seluruh civitas akademika ITI.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ir Marzan Aziz Iskandar selaku Rektor Institut Teknologi Indonesia menambahkan terkait batasan dalam hal akademik untuk program kampus merdeka bernilai 20 SKS yang dibahas bersama dengan 13 mitra industri.
" Program MBKM merupakan salah satu program utamanya magang mahasiswa di industri, magang mahasiswa lembaga riset. Bagaimana dengan konversinya dengan 20 SKS setara berapa lama kerja dan kerjaan seperti apa? Inilah yang kami bahas di workshop bersama narasumber sebagai mitra industri, yang bertujuan nanti 20 SKS yang ditinggalkan mahasiswa di kampus dan akan didapatkan dari industri yang memang dengan SKS yang sebenar- benarnya yakni tidak berkurang atau bahkan bisa sampai adanya lembur (saat magang)," tutur Marzan Aziz Iskandar.
lebih lanjut, Marzan Aziz Iskandar berharap 20 SKS yang diserahkan pada industri cocok dengan standart kompetensi kualifikasi.
Sedangkan pihak mitra kerjasama yakni, Dr. Wahyu Bambang Widayatno selaku perwakilan BRIN menjelaskan pihaknya berharap dengan adanya inisiasi diskusi ataupun workshop yang diadakan MBKM ITI bisa lebih banyak berkolaborasi karena di era sekarang bukan hanya kompetisi tapi juga era kolaborasi.
" Dan pada tahun ini dari pihak ITI sudah sekitar 60 mahasiswa yang berkenan melakukan MBKM di BRIN," ujar Wahyu Bambang Widayatno.
Maka dari itu diharapkan kolaborasi yang dijalin makin erat dan juga memberikan manfaat yang lebih untuk Indonesia.
"Dan memang di BRIN banyak fasilitas - fasilitas riset yang diusahakan para pimpinan. Hanya di BRIN terkendala dengan Sumber Daya Manusia. Mudah - mudahan riset yang ada di BRIN maupun di kampus bisa dijalankan dengan baik dengan adanya program MBKM ," tutur Wahyu Bambang Widayatno.