News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Kerusuhan setelah Laga Arema vs Persebaya: PSSI Minta Maaf, Pemkab Malang Tanggung Biaya Perawatan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah suporter Arema FC, Aremania menggotong korban kerusuhan sepak bola usai laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Sebanyak 127 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam kerusuhan tersebut menyusul kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. PSSI ungkap rasa sesal dan maafnya, semantara Pemkab Malang akan tanggung biaya perawatan para korban.

Dari jumlah itu, 34 orang tewas di Stadion Kanjuruhan sementara 93 orang lainnya tewas di rumah sakit.

Kronologi Kerusuhan Pasca Pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan

Kericuhan suporter Areman FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam bentrok ini polisi menembakkan gas air mata dan 127 suporter termasuk 2 polisi dilaporkan tewas. (Surya Malang/Purwanto)

Baca juga: Deretan Pelanggaran dalam Kerusuhan Arema FC vs Persebaya: Gas Air Mata hingga soal Tiket

Kronologi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 127 orang dijelaskan oleh Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.

Nico Afinta menjelaskan, awal mula kerusuhan diduga dimulai saat Aremania kecewa melihat kekalahan Arema, Surya Malang melaporkan.

Apalagi Arema FC tidak pernah kalah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir.

Suporter yang kecewa lantas turun ke lapangan, dengan maksud mencari pemain dan ofisial Arema FC untuk menanyakan mengapa mereka bisa sampai kalah.

Lama kelamaan suporter yang turun ke lapangan semakin banyak hingga menimbulkan kericuhan.

Petugas kemudian kemudian melakukan upaya pencegahan dan pengalihan agar suporter yang masuk ke alapangan tidak bertambah banyak.

Salah satunya adalah dengan menembakkan gas air mata.

Gas air mata membuat suporter berlarian menuju pintu keluar.

"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Di saat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen," ujar Nico.

"Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit."

Menurut Nico, dari 40 ribu penonton yang hadir, tidak semuanya anarkis dan kecewa.

"Hanya sebagian 3000-an yang turun ke lapangan sedangkan yang lain tetap di tribun stadion."

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini