“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” imbuhnya.
Baca juga: New York Times: Polisi Indonesia Kurang Terlatih dalam Mengendalikan Massa
Diketahui, awalnya ada dua Aremania yang turun ke lapangan setelah laga berakhir.
Aksi keduanya itu kemudian diikuti suporter dari tribun lain yang diduga menjadi alasan aparat meningkatkan keamanan.
Namun, Choirul Anam mengungkapkan, saat para suporter turun ke lapangan, tidak terjadi ricuh sama sekali.
Bahkan, ia menyebut situasi masih terkendali, meski banyak Aremania turun untuk memberi dukungan pada pemain Arema FC.
2. Penyebab ratusan korban tewas
Lebih lanjut, Choirul Anam juga membeberkan soal kondisi jenazah korban tragedi Kanjuruhan yang menunjukkan indikasi penyebab kematian.
Informasi soal jenazah korban tragedi Kanjuruhan didapatkan Komnas HAM dari pihak keluarga, Aremania, ataupun relawan.
Choirul Anam mengungkapkan, banyak jenazah yang kondisi wajahnya biru dan matanya merah.
Kondisi ini, kata Choirul Anam, kemungkinan besar disebabkan karena kekurangan oksigen dampak dari gas air mata yang ditembakkan polisi.
"Kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," terang Anam, dilansir Tribunnews.com.
Baca juga: KSAD Dudung Akui Ada Prajurit TNI yang Lakukan Kekerasan di Kanjuruhan, Sebut Kini Sedang Diproses
Selain itu, ia juga menjelaskan karakter luka korban yang mengalami luka-luka.
Menurut Choirul Anam, mereka mengalami kondisi luka yang bermacam-macam diantaranya patah kaki, patah rahang, dan memar.
"Ada beberapa yang sangat memperihatinkan karena kena gas air mata adalah kondisi mata. Matanya sangat merah," ujarnya.