"Tanganku terasa dingin. Saya menjadi paranoid dan tidak bisa tidak berpikir apakah akan ada bom lain dan dari mana ledakan itu berasal. Bahkan sekarang, 20 tahun setelah kejadian itu."
Supeno, asisten manajer Sari Club, mengatakan dia baru berhenti menghadiri sesi psikoterapi tahun lalu.
"Sebelumnya, saya tidak akan berpartisipasi dalam wawancara seperti ini. Membicarakan kejadian itu saja sudah cukup membuatku hancur dan menangis," kata Supeno.
Selama bertahun-tahun, Supeno dihantui oleh satu keputusan yang dibuatnya pada malam yang menentukan itu.
"Klub itu sangat ramai sehingga saya meminta DJ, Mugianto, untuk membantu di bar. Jika saya tidak menyuruhnya untuk membantu, dia akan dilindungi di belakang stan DJ dan selamat. Dia mati karena aku," katanya.
Istri korban bernama Sardjono, Hayati Eka Laksmi mengatakan, tragedi bom Bali adalah kesedihan yang luar biasa baginya.
Saat ini dia masih merasakan kehilangan yang sangat besar.
"Saya sangat sedih. Itu adalah kesedihan yang luar biasa. Dia adalah suami yang paling bertanggung jawab, dan itu adalah kehilangan yang sangat besar. Aku masih merasakannya sekarang," kata Laksmi sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Dua puluh tahun berlalu, banyak yang berubah di Jalan Legian.
Jalan raya ini masih terkenal dengan kehidupan malamnya, tetapi juga menarik pengunjung yang ingin memberi penghormatan.
Sebuah monumen yang terinspirasi dari wayang kulit Bali, kini berdiri di tempat bekas gedung parkir tersebut.
Terukir pada plakat marmer besar adalah nama dari 202 orang yang tewas dalam serangan itu.
Paddy's Pub telah pindah ke lokasi baru kurang dari 100 meter di jalan.
Selama bertahun-tahun, lokasi ledakan pertama ditempati oleh klub malam sebelum bangkrut karena pandemi.
Bangunan dua lantai itu kini sepi.
Sementara itu, tempat Sari Club pernah berdiri sekarang menjadi sebidang tanah kosong yang digunakan penduduk setempat sebagai tempat parkir.
Beberapa korban dan keluarga mereka telah mencoba untuk membeli properti selama lebih dari satu dekade dengan harapan mengubahnya menjadi Taman Perdamaian dengan informasi tentang bom Bali 2002.
Pemerintah Bali telah mencoba untuk campur tangan dengan menawarkan pemilik properti lokasi lain.
Namun sejauh ini, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Marpaung mengatakan dia mendukung gagasan mengubah properti menjadi taman perdamaian.
"Orang-orang perlu tahu apa yang terjadi di sini 20 tahun yang lalu untuk memastikan bahwa ini tidak akan pernah terjadi lagi," katanya.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)