Dalam video yang beredar, terlihat beberapa suporter yang turun ke lapangan.
Para Aremania yang turun tersebut hanya ingin menyemangati pemain Arema dan tidak berbuat rusuh.
Komnas HAM mengatakan situasi itu kondusif selama 14-20 menit setelah peluit panjang tanda pertandingan selesai, dibunyikan.
Hingga akhirnya gas air mata ditembakkan pertama kali oleh polisi sekitar pukul 22.08 WIB.
"Telah ditemukan penggunaan gas air mata dan mendapatkan informasi terkait karakter gas air mata dan senjata yang digunakan," kata Anam.
Gas air mata yang ditembakkan terdiri dari berbagai jenis, di antaranya warna biru, kuning, hijau, dan merah.
"Bekas selonsongnya itu jarak 30 sentimeter masih panas (paparannya)," kata Anam menjelaskan efek dari selongsong gas air mata.
Sementara, temuan gas air mata saat ini sedang diuji ke laboratorium.
"Dengan menguji gas air mata, kita ingin melihat apa yang terkandung, zat kimia yang terkandung di sana, dan bagaimana efeknya terhadap kesehatan," kata Anam.
Pintu Stadion Terbuka
Komnas HAM menemukan fakta bahwa pintu stadion Kanjuruhan Malang tidak tertutup saat tragedi terjadi.
"Kami ingin mengonfirmasi dari berbagai video yang tersebar di internet dan memperlihatkan pintu yang tertutup, padahal pintunya itu terbuka," kata Anam.
Ia mengonfirmasi, seluruh pintu stadion, termasuk pintu di sisi selatan.
Namun, pintu yang terbuka sangat kecil dan hanya muat dilalui oleh dua orang.