News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gangguan Ginjal Akut

Cek Rumah Anak Penderita Gangguan Ginjal Akut, Menkes Temukan Obat-obatan Mengandung EG-DEG

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tenaga kesehatan dikerahkan mendatangi rumah anak yang alami gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI)

Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan tenaga kesehatan dikerahkan mendatangi rumah anak yang alami gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI).

Ternyata didapati obat-obatan yang punya kandungan senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Senyawa tersebut yang diduga jadi penyebab gangguan ginjal akut pada anak-anak.

"Kita mau lakukan cepat kita datangi rumahnya, oh ada senyawanya. Ternyata rusaknya gara-gara senyawa ini. Kita lihat rumahnya apakah ada obat yang mengandung EG-DEG, kita ambil dan kita tes ternayta ada," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal Youtube Kementerian Kesehatan, Jumat (21/10/2022).

Baca juga: 133 Anak Meninggal Karena Gangguan Ginjal Akut di Indonesia hingga 21 Oktober 2022

"Jadi sebagian besar dari obat-obatan yang kita ambil, ada itu senyawa berbahaya yang namanya Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG)," lanjut dia.

Budi mengatakan berdasarkan perkembangan terbaru, teridentifikasi sebanyak 241 kasus gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) pada anak-anak tersebar di 22 provinsi. Dari jumlah tersebut, 133 pasien atau 55 persen diantaranya meninggal dunia.

Jumlah kasus tersebut kata Budi, meningkat pesat sejak bulan Agustus.

Baca juga: Pasien Gangguan Ginjal Akut yang Datang ke RSCM Tidak Memiliki Komorbid

Di mana pada Agustus tercatat 36 kasus, September terjadi 78 kasus, dan pertengahan Oktober 110 kasus.

Gangguan ginjal akut ini juga mayoritas menyerang balita atau bayi di bawah lima tahun. Adapun gejala klinis yang nampak adalah demam, kehilangan nafsu makan, malaise, mual, muntah, ISPA, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi hingga pendarahan.

Dilaporkan sebanyak 29 persen pasien alami gejala anuria atau tidak adanya urine, atau urine keluar dengan jumlah sedikit (oliguria).

"Kita lihat bahwa kejadian ini banyak menyerang terutama balita di bawah lima tahun," kata Budi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini