TRIBUNNEWS.COM - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan upaya antisipasi kasus gagal ginjal akut di Jakarta.
Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan menyamakan sistematika uji obat penyebab gagal ginjal akut, di semua daerah di Jakarta.
"Yang pertama adalah tadi siang saya ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta, jadi bersama dengan Kementerian Kesehatan."
"Labkesda itu sangat bagus, ada alat yang canggih, maka kebijakannya (dilakukan untuk upaya mengantisipasi kasus ini) adalah Labkesda di daerah-daerah yang megang itu akan bergabung di DKI dan menyamakan untuk presisinya, kira-kira seperti itu."
"Sehingga semua sama untuk hasil ujinya (obat penyebab gagal ginjal akut," kata Heru Budi, Jumat (21/10/2022) dikutip dari Kompas Tv.
Selain itu, Heru Budi juga telah meminta kepada Dinas Kesehatan untuk menyiapkan rumah sakit di setiap wilayah.
Baca juga: Menkes: Obat Gagal Ginjal Akut Didatangkan dari Singapura dan Terindentifikasi Aman
"Dan saya sudah minta kepada Dinas Kesehatan untuk mempersiapkan segalanya mulai dari RSUD sampai dengan di Kecamatan."
"Dan mudah-mudahan ini tidak menjadi lebih luas," lanjut Heru Budi.
Pasalnya, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran untuk mengantisipasi kasus ini meningkat.
Baca juga: 4 Pasien Gangguan Ginjal Respons Positif Pada Obat Antidotum, Menkes Bakal Datangkan dari Singapura
208 Kasus gagal Ginjal Akut
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatatkan ada sebanyak 208 kasus gagal ginjal akut sejak Agustus 2022 di Indonesia.
Jumlah kasus gagal ginjal akut misterius pada anak ini terus meningkat selama tiga bulan terakhir.
Sesuai data Kemenkes, tingkat kematian akibat kasus gagal ginjal akut ini mencapai 55 persen.
"Tiga bulan terakhir ini, diawali akhir Agustus, September dan Oktober itu terjadi kasus gagal ginjal akut, di mana jumlahnya semakin meningkat dan angka kematiannya yang tinggi."
"Angka kematiannya sampai 55 persen, dan saat ini sudah tercatat 208 kasus dengan kematian 55 persen," kata Juru Bicara Kemenkes, dr Mohammad Syahril, Jumat (21/10/2022).
Lebih lanjut, kata Syahril, Kemenkes tengah berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Obat dan Minuman (BPOM) untuk memastikan kandungan obat-obatan yang beredar di masyarakat.
Syahril juga meminta dokter dan apotek untuk tidak memberikan obat-obatan jenis sirop, sementara waktu.
Ini dilakukan untuk mengantisipasi bertambahnya kasus penyakit gagal ginjal akut pada anak.
Baca juga: 4 Pasien Gangguan Ginjal Respons Positif Pada Obat Antidotum, Menkes Bakal Datangkan dari Singapura
Kemenkes Impor Obat dari Singapura
Menteri Kesehatan (Menkes) Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut pemerintah telah mengimpor obat untuk gagal ginjal akut dari Singapura.
Obat tersebut juga sudah diuji di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Obat antidotum ini juga dipastikan aman bagi tubuh.
"Sekarang sudah ditemui obatnya, RSCM sebagai tim ahli ginjal nasional kita datangkan obatnya dari Singapura."
"Dan kita coba dan (hasilnya menunjukkan dari) 6 pasien, 4 positif responsif," ujar Budi Gunadi, Jumat (21/10/2022), seperti dilansir Kompas.com.
Budi mengatakan, pemerintah akan mendatangkan obat tersebut dalam jumlah yang masif.
Baca juga: Pemerintah Diingatkan Pentingnya Sarana Prasarana Faskes untuk Respons Kasus Ginjal Akut Anak
"Jadi obat ini setelah kita lihat positif kita akan segera datangkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa disebarkan ke seluruh Rumah Sakit."
"Obat-obatan sudah teridentifikasi dan sudah kita tes dalam sampel tertentu aman dan relatif aman sekarang," lanjut Budi.
Lebih lanjut, kata Budi, obat-obatan tersebut akan disebar ke seluruh provinsi di Indonesia.
"Kita datangkan dalan cukup besar sehingga diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi balita kita kalau misal terkena racun ini."
"Kita akan segera datangkan dalam jumlah cukup banyak untuk bisa disebarkan di seluruh RS karena ini kejadiannya sudah teridentifikasi di 20 provinsi di seluruh RI dengan total lebih dari 200 kasus," jelas Budi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Milani Resti Dilanggi)(Kompas.com/Singgih Wiryono)