Laporan Wartawan TribunPapuaBarat.com, Kresensia Kurniawati Mala Pasa
TRIBUNNEWS.COM, MANOKWARI - Tari kolosal yang menampilkan kehidupan lima suku wilayah adat Tabi, ditampilkan dengan apik dalam pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) ke-VI di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (24/10/2022).
Sebanyak 250 pelajar SMA di Kabupaten Jayapura memeragakan dengan penuh penghayatan gerakan pangkur sagu, berkebun dan mencari ikan.
Baca juga: Masyarakat Adat Kasepuhan Suarakan Tiga Hal Penting di KMANĀ VI
Konseptor sekaligus music director, Markus Rumbino menjelaskan, tak hanya aktivitas sehari-hari masyarakat adat suku Injros, Keerom, Sentani, Mamberamo, dan Sarmi yang ditampilkan dalam tari kolosal itu.
Tapi lebih mendalam, menyiratkan tentang kepercayaan masyarakat adat Tabi bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan.
"Masyarakat adat tidak bisa dipisahkan dari alam," kata Markus Rumbino kepada TribunPapuaBarat.com.
Namun menurutnya, kerusakan alam di wilayah adat Tabi sudah tak bisa dielakkan.
Lantaran, arus modernisasi yang menuntut pembangunan terus-menerus.
Merusak alam sambil menggerus tatanan sosial dan budaya masyarakat adat.
"Banyak yang mulai meninggalkan petuah-petuah leluhur sehingga terjadi krisis moral," tuturnya.
Oleh sebab itu, Markus Rumbino sengaja mengangkat filosofi wilayah adat Tabi yang dijuluki Negeri Matahari Terbit dalam tari kolosal tersebut.
Baca juga: Besok, Pawai Budaya Akan Awali Pembukaan KMAN VI di Tanah Tabi Jayapura
Agar masyarakat adat diingatkan kembali bahwa segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit, diperhatikan oleh Sang Pemilik Kehidupan.
"Kepercayaan leluhur dulu kan pada Igwa Igwa atau dewa matahari. Jadi, kita harus jaga sikap karena diperhatikan matahari dari siang sampai malam," terangnya.
Adapun unsur terik matahari atau api ditandai dengan cat merah pada tubuh penari.
Sedangkan biru melambangkan langit biru, hijau tentang kesuburan tanah dan putih menandakan awan putih di bentangan langit.
Sementara itu, Ketua Wilayah Adat Imbinumbai, Kota Jayapura, Alfons Samai mengaku terharu dengan penampilan tari kolosal tersebut.
"Itu cerita tentang kehidupan masyarakat adat wilayah Tabi, jadi saya sangat senang," kata Alfons Samai.