Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.CON, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus kematian gagal ginjal akut pada anak mulai naik sejak Agustus 2022.
Sebelum Agustus jumlah kematian dari tahun ke tahun berada pada angka normal yakni di bawah 5 kasus.
“Tapi di Agustus itu naik ke 36, September naik lagi ke 78, Oktober sampai sekarang 141 dan itu sebagian besar menyerang (anak) di bawah 5 tahun,” kata Menkes dalam peryataan persnya di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin, (24/10/2022).
Pihaknya kata Menkes sudah melakukan review Patologi sejak Agustus.
Awalnya ia mengira kasus gagal ginjal akut pada anak disebabkan oleh bakteri atau virus.
Baca juga: Update: Kasus Gangguan Ginjal Akut di Indonesia Jadi 245 Kasus, Tersebar di 26 Provinsi
“Jadi balik lagi kasus ini teridentifikasi di Agustus bukan di awal tahun,” katanya.
Berdasarkan review Patolgi tersebut, kasus gagal ginjal yang disebabkan virus atau bakteri tersebut sangat kecil.
Bukti bahwa gagal ginjal disebabkan oleh Covid-19 pun tidak terbukti.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin: Gagal Ginjal Akut Anak Mencapai 245 Kasus di 26 Provinsi
“Misalnya ada bakteri Leptospira, ini bisa menyebabkan sakit ginjal. Kita cek semua anak yang kena, ternyata 0 persen. Kemudian kita kira ini gara-gara covid, kita cek semua anak yang kena, dan kurang dari 1 persen yang ada Covid, positif covid. Dari situ, September kita masih menduga duga penyebabnya apa karena hasil tes patologi itu tidak ada yang secara signifikan karena bakteri, virus atau patasit,” tuturnya.
Pihaknya kata Budi baru menemukan titik terang setelah lembaga kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan surat edaran pada 5 Oktober.
Baca juga: RSCM Tak Izinkan Wartawan Wawancarai Keluarga Pasien Gagal Ginjal
Surat tersebut berisi peringatan kasus gagal ginjal akut seperti yang terjadi di Gambia akibat zat kimia pada pelarut obat obatan.
“Sesudah itu kita komunikasi dengan WHO, dan pemerintah Gambia, kita lakukan analisa toksikologi,” katanya.