Keduanya adalah bangsawan Riau pertama yang mencapai prestasi ini.
Dalam perjalanannya ke tanah Jawa, Raja Ali Haji banyak menemui ulama guna memperdalam pengetahuan Islamnya terutama ilmu fiqih.
Selain dapat memperdalam ilmu pengetahuan keislaman, Raja Ali Haji juga banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan dari pergaulannya dengan sarjana-sarjana kebudayaan Belanda.
Di usianya yang ke-32 tahun, Raja Ali menjadi bupati bersama Sultan muda dan akhirnya dipromosikan menjadi penasehat agama.
Dalam peran ini, ia mulai menulis tentang bahasa, budaya, dan sastra orang Melayu.
Karya-karyanya meliputi kamus Melayu, teks pendidikan tentang tugas raja, silsilah Melayu dan Bugis, antologi puisi dan banyak lagi.
Raja Ali Haji wafat berkisar tahun 1872-1873 di Pulau Penyengat.
Berkat karya-karyanya, dan perjuangannya lewat tulisan, dia pun dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 5 November 2004.
Karyanya yang paling terkenal adalah Tuhfat al-Nafis, atau "Hadiah Berharga", yang dianggap sebagai sumber tak ternilai tentang sejarah Semenanjung Melayu.
Sekarang diukir di batu nisannya untuk dibaca orang saat berkunjung.
(Tribunnews.com, Widya)