Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menemui Jaksa Agung RI ST Burhanuddin di Kejaksaan Agung RI, Jakarta Selatan pada Rabu (16/11/2022).
Pertemuan itu membahas soal kasus yang tengah banyak diperbincangkan masyarakat.
Penny mengungkapkan kasus tersebut tak lain soal perkara obat sirop yang menyebabkan ratusan anak meninggal dunia seusai mengalami gagal ginjal akut.
"Perkara pidana yang sedang dikembangkan penyidikan ke pemidanaan yang sedang dikembangkan dikaitan dengan industri farmasi yang melanggar ketentuan dikaitan dengan standar pencemar EG, DEG dan kaitannya dengan kasus gagal ginjal pada anak," kata Penny di Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Ia menuturkan bahwa pihaknya meminta bantuan agar penagakan hukum bisa berjalan lancar.
Khususnya, pelanggar dapat diberikan efek jera.
Baca juga: Kejagung Terima 3 SPDP Kasus Obat Sirop Penyebab Gagal Ginjal Akut, Tapi Belum Ada Tersangka
"Tentunya memohon bantuan untuk nanti proses penegakan hukumnya berjalan lancar dan memberikan efek jera ke depan," jelasnya.
Di sisi lain, kata Penny, pertemuan tersebut juga membahas soal dukungan Kejaksaan Agung untuk perkuatan BPOM.
Sebab, BPOM membutuhkan perkuatan sebagai kelembagaan hingga otoritas obat.
Baca juga: Bareskrim Kembali Periksa Pejabat BPOM di Kasus Obat Sirop Penyebab Gagal Ginjal, Kini Jadi 4 Orang
"Dalam beberapa hal kami membutuhkan Perppu dan selain juga tentunya UU pengawasan obat dan makanan yang akan kami harapkan segera berproses kembali. Jadi kami menyampaikan terima kasih kepada Kejaksaan Agung," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Kejaksaan Agung RI menerima 3 Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) terkait kasus obat sirop penyebab gagal ginjal akut. Namun, belum ada tersangka dalam kasus tersebut.
Hal itu diungkap Kapuspenkum Kejaksaan Agung RI Ketut Sumedana.
Menurutnya, hal itu diketahui seusai Kejaksaan bertemu dengan pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baca juga: Obat Sirop Murah Diduga Picu Gangguan Ginjal, IAI: Murah atau Mahal Semua Obat Harus Dibuat Aman
"Jadi tadi ada dari BPOM, Kepala BPOM datang ke Kejaksaan Agung untuk bertemu langsung dengan Pak Jaksa Agung dengan jajarannya. Termasuk beberapa deputi yang dibawa ke sini. Pertemuan itu terkait dengan dukungan penegakan hukum terutama kasus yang sedang diselidiki oleh BPOM," kata Ketut di Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Ketut menuturkan bahwa pihaknya menerima 3 SPDP di kasus obat sirop penyebab gagal ginjal akut terhadap ratusan anak.
Adapun dua di antaranya berasal dari BPOM.
"Jadi sementara kita sudah menerima 3 SPDP. Dua dari BPOM, Satu dari penyidik Polri. Ada 2 perusahaan. Ada perorangan tapi belum menentukan tersangkanya. Jadi 3 perusahaan untuk SPDP tadi belum menentukan tersangkanya siapa yang bertanggung jawab. Bahkan ke depan kita menyarankan melakukan gugatan keperdataan ganti rugi," ungkapnya.
Di sisi lain, Ketut menuturkan bahwa pertemuan itu juga membahas terkait kemungkinan BPOM meminta bantuan hukum terkait gugatan dari beberapa pihak perusahaan.
Gugatan tersebut dilayangkan baik dari keperdataan maupun PTUN.
"Nanti kita akan menyiapkan JPN. Dan pak Jaksa Agung dalam kesempatan tesebut menyampaikan siap mendukung BPOM dalam hal penegakan hukum. Karena itu merupakan tugas dan kewajibannya apalagi perkara-perkara tersebut menimbulkan korban anak-anak yang banyak," katanya.
Sebagai informasi, Bareskrim Polri telah resmi menaikkan status kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak dari penyelidikan menjadi penyidikan pada Selasa (1/11/2022).
Namun hingga kini, Polri masih belum menetapkan satu pun tersangka di kasus tersebut.
Adapun Korps Bhayangkara kini masih terus melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
Saksi-saksi yang diperiksa dimulai dari perusahaan farmasi, saksi ahli hingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Mereka diperiksa terkait obat sirop penyebab gagal ginjal yang membuat ratusan anak meninggal dunia.