Saat itu, tambah Elan, dirinya sempat berkomunikasi terakhir mengabarkan ada gempa bumi yang mengguncang Cianjur.
Namun, tak berselang lama, dirinya langsung putus komunikasi.
"Lagi mau pulang ke rumah. Saat itu dia (Yeni) berkegiatan di arah Puncak. Nah, saat kejadian gempa saya kabarin. Posisinya itu memang ga jauh dari Warung Shinta. Setelah itu ga ada kontak lagi sama dia," ungkapnya.
Alhasil, dirinya bersama anggota keluarganya pun merasa panik.
Seusai kejadian gempa, dirinya langsung bergerak menuju TKP longsor ini untuk memastikan adiknya benar tertimbun atau tidak.
"Saya langsung mastiin kesini. Bener saja kan kata warga sekitar bilang ada belasan orang sama kendaraan mobil tertimbun di sini. Saya langsung curiga adik saya juga ikut tertimbun," ungkapnya.
Untuk memastikan kondisi adiknya yang hilang kontak pasca guncangan gempa, Elan, langsung mengecek adiknya di sejumlah rumah sakit dan posko gempa bumi yang saat ini menjadi rujukan korban gempa.
Nihil, kata Elan, adiknya tidak ada di beberapa rumah sakit serta posko bantuan gempa bumi.
Usaha yang sudah dilakukan oleh Elan ini akhirnya berujung pada keikhlasan.
Elan mengungkapkan, keluarga saat ini sudah ikhlas karena sudah empat hari adiknya hilang dan dikabarkan tertimbun material tanah longsor.
"Kalau keluarga kita sudah ikhlas dari hari pertama setelah hilang itu. Kami (keluarga) menerima apapun kondisinya. Intinya kami sudah ikhlas," tandasnya.
Cuaca Menjadi Kendala Evakuasi
PLT Kapusdatin BNPB, Abdul Muhari menyebut yang menjadi kendala dalam proses evakuasi korban gempa Cianjur ini bukanlah personel atau alat perangkat, melainkan kendala cuaca.
Pasalnya Abdul menyebut pihaknya telah mengerahkan sekitar seribu orang personel dan itu masih cukup untuk melakukan evakuasi.
"Kendala kita di lapangan itu bukan alat perangkat atau personel, kalau alat perangkat dan personel kita itu cukup. Personel kita lebih dari seribu orang, tetapi memang kendala kita di cuaca," terang Abdul seperti dikutip TribunJabar.
Abdul menjelaskan, cuaca menjadi kendala proses evakuasi karena berdasarkan laporan BMKG, di lokasi perbukitan dan lokasi sisa longsor masih ditemukan adanya retakan tanah.
Jika terjadi hujan dengan instensitas tinggi di area retakan tanah tersebut, maka ada kemungkinan terjadinya longsor susulan.
Hal tersebut pun nantinya akan berpengaruh pada keselamatan tim pencari, karena menurut Abdul keselamatan tim pencari tetap yang utama.
"Kenapa kita harus hati-hati di cuaca, karena laporan BMKG yang melakukan survei dengan menggunakan pesawat nirawak kemarin, itu di lokasi perbukitan, di lokasi sisa longsor itu masih ditemukan bongkahan atau retakan tanah."
"Yang kalau terjadi hujan dengan intensitas tinggi, itu berpotensi menimbulkan longsor susulan. Nah tentu saja dalam konteks ini keselamatan tim pencari itu yang utama. Meskipun target harus tetap kita upayakan," pungkasnya. (Yulis/Rahmat Hidayat/Yogi Gustaman)