TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Cerita sedih keluarga korban gempa Cianjur terus bermunculan. Satu diantaranya datang dari Ahman (52), warga Cugenang, Cianjur.
Ahmad kehilangan ibunya, istri serta anak berikut warung tempatnya mencari nafkah karena tersapu longsor saat terjadi gempa bumi di Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu.
Saat kejadian, ibu Ahmad beserta istri Ahmad dan anaknya sedng menunggui warung berjualannya di Jalan Raya Labuan, Cianjur.
Warung tersebut lenyap tertimbun tanah padat dan batu setelah diterjang longsor dari arah bukit setelah gempa Cianjur.
Dia terlihat memantau tim SAR gabungan yang berada di bawah jurang yang sedang mencari banyak korban longsor.
Dia sempat mendekati seseorang petugas yang memantau evakuasi, mencari tahu hasil temuan mereka.
Ahman meyakini sang ibu, istri, dan anaknya berada di bawah timbunan lumpur tersebut/
Selaun keluarga Ahman, ada satu angkot membawa sekitar 10 santri dan mobil Daihatsu Xenia yang membawa 6 guru TK tertimbun longsor.
Sedangkan mobil Avanza hitam kosong dan truk towing di bawah jurang sudah berhasil dievakuasi.
Berdasar data Google Street Juli 2022, dari arah Cipanas menuju Cianjur, di sisi kiri terdapat kurang lebih tujuh warung kopi dari bangunan semipermanen.
Di belakang warung kopi itu banyak semak belukar dan kontur tanahnya seperti lembah. Di atasnya sebuah vila berdiri lengkap dengan kolam renang.
Sementara di sisi kanan persis setelah jalan berbelok dari arah Cipanas, ada tiga bangunan semipermanen, salah satunya warung Ahman.
Baca juga: Cuaca Sulitkan Petugas Evakuasi Korban yang Tertimbuh Longsor dan Reruntuhan Bangunan
Di sebelah warung Ahman, ada bangunan dari bata ringan dengan roling biru, bersisian dengan sebuah kedai kosong dan restoran Ar Seven yang mengapit sebuat musala.
Saat gempa Cianjur pada Senin siang, tanah dari atas bukit longsor menggerus vila, warung kopi dan bangunan di sisi kiri dan kanan Jalan Labuan Cianjur hingga terdorong masuk jurang.
Baca juga: Tim SAR Berhasil Angkat Towing Avanza dari Longsoran Jalan Raya Cipanas, Keberadaan Sopir Misterius
Menurut informasi, saat gempa cuaca tidak hujan. Tapi tanah bergerak dari atas bukit menimbulkan longsor tak lama setelah angin kencang muncul.
Empat hari berturut-turut, Ahman tak pernah absen mendatangi lokasi longsor, berharap ibu, istri dan anaknya ditemukan dalam kondisi apapun.
Selama itu ia tidak enak makan dan tidur. Malamnya, barulah ia mencari rumah tetangga di dekat lokasi untuk tempat menumpang.
"Saya kadang-kadang, cari tetangga yang dekat di sini," ucap Ahman terbata-bata sambil menahan tangis saat ditemui Warta Kota, Kamis (24/11/2022) pagi.
Saat warung kopinya dan bangunan di kiri kanan jalan habis diterjang longsor, Ahman sedang keluar mengantarkan makanan untuk anaknya yang mondok di sebuah pesantren.
Baca juga: Kondisi Serba Terbatas, Warga Mandikan Jenazah Korban Gempa Pakai Air Irigasi
Ahman tak tahu persis istri, anak, dan ibunya jadi korban longsor.
Setahu dia dari penuturan seorang saksi mata yang selamat, sebelum longsor berhembus angin kencang satu arah pasca-gempa Cianjur.
Seketika angin tersebut bertiup ke arah lembah persis di seberang warung kopi milik Ahman.
Saksi mata yang selamat mendengar suara gemuruh disertai tanah bergerak.
Baca juga: Bayi Empat Tahun Selamat dari Reruntuhan Gempa, Ditemukan Saling Berpelukan dengan Sang Adik
Spontan saksi tadi berlari menjauhi tebing sebelum material tanah mendorong bangunan ke jurang persis di belakang warung kopi milik Ahman.
Sempat Manjakan Istri dan Anak
Warung itu menjadi tempat tinggal Ahman dan keluarganya. Hanya sesekali Ahman, istri, anak, dan ibunya pulang ke rumahnya di Kampung Sarampad RT 1/RW 2, Desa Sarampad.
Selagi ibu Ahman dan anaknya sakit, istrinya yang menjaga warung. Tapi ia terkejut saat tiba dari pondok, melihat warung dan bangunan kiri kanannya sudah hilang.
Selama empat hari di lokasi tim evakuasi gabungan mencari para korban, Ahman mengenang masa-masa terakhir bersama istri, anak, dan ibunya.
Dua hari sebelum warungnya diterjang longsor akibat gempa Cianjur, istri Ahman tiba-tiba saja bersikap manja dan perilakunya itu tidak biasa.
Baca juga: Derita Korban Gempa di Tenda Pengungsian, Empat Hari Berturut-turut Makan Mie Instan
Istrinya tiba-tiba menyandarkan kepalanya ke atas paha Ahman. Selama menikah, baru kali ini istrinya berbuat demikian.
"Saya juga heran kenapa dia semanja itu, biasanya tidak," kata Ahman mengenang peristiwa pertama kali seumur hidupnya.
Tak hanya sang istri, beberapa hari sebelumnya Ahman heran sendiri kenapa begitu sangat manja terhadap putrinya yang ikut jadi korban longsor.
Ahman mengaku sangat merasa rindu mendalam setiap bersama putrinya. Bahkan, ia sempat mengelus kepala putrinya yang tengah sakit.
Sementara kata Ahman, kenangan dengan ibunya ialah saat ia ikut mengurus ibunya yang sakit.
Ibunya yang sudah berusia lanjut mengalami gangguan paru.
Ahman sempat membawa ibunya ke pengobatan alternatif dan berangsur membaik meski hanya bisa tergolek di kasur.
Semua itu tinggal jadi kenangan Ahman bersama orang-orang yang paling dicintai dalam hidupnya.
Terlepas dari musibah ini, harapannya cuma satu, bisa melihat tiga orang anggota keluarganya ditemukan dalam kondisi apapun.
Baca juga: Lantunan Ayat Suci dari Tenda Pengungsian, Warga Gelar Tahlilan dalam Segala Keterbatasan
Selain ikhtiar, ia selalu berdoa Tuhan mendengar keinginannya.
"Harapannya saya mau melihat dulu jasadnya. Bisa disalatin dan dikubur dengan baik," ucap Ahman.
Doa Ahman terkabul. Tim gabungan dari bawah jurang pada Kamis pagi berhasil mengangkat mayat dari lokasi pencarian korban longsor.
Ia berusaha tegar melihat mayat perempuan tertindih kasur dan di dekatnya ada selimut pada Kamis (24/11/2022) sekitar pukul 10.15 WIB.
Ahman bolak-balik ke mobil ambulans untuk bisa sedikit saja memastikan jasad perempuan yang sudah terbungkus kantong jenazah itu benar ibunya.
"Saya feelingnya itu (jasad) perempuan adalah ibu saya. Dia memang sedang sakit dan tidur di kasur terus. Tadi, yang ditemukan sama," kata Ahman dijumpai TribunnewsBogor.com di lokasi.
Bergegas ia menelepon adiknya untuk mengabarkan dan memintanya mengecek jasad perempuan yang diperkirakan berusia 70 tahun itu ke RSUD Sayang.
Pihak rumah sakit pada Kamis sore, membenarkan jasad perempuan yang berhasil dievakuasi adalah ibu Ahman.
"Kalau benar saya pulang dulu untuk segera memakamkan ibu saya," kata Ahman sambil mencoba ikhlas dam akan terus di lokasi sampai semua keluarganya dievakuasi.
Wajahnya yang semula lega, kembali lesu lantaran tak memegang sepeserpun uang untuk pengurusan jasad ibunya.
Semua uang simpanan Ahman ada di warung yang tergerus longsor. Sementara rumahnya di kampung sudah rata dengan tanah.
"Semua uang saya sudah ludes digerus longsor. Saya bingung bagaimana urus jenazah ibu," katanya lagi.
Laporan Reporter Desy Selviany dan Rahmat Hidayat | Sumber: Tribun Jakarta