Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan Pramuka Saka Bahari yang merupakan binaan TNI Angkatan Laut (AL) telah menyelesaikan rangkaian kegiatan Kegitan Pelayaran Pembentukan Karakter Maritim (PPKM).
Perjalanan pelayaran hingga perkemahan di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara itu selesai dilaksanakan usai menempuh total 20 hari sejak diberangkatkan dari Jakarta pada 16 November 2022 lalu dan kembali tiba di ibu kota pada 5 Desember 2022.
Setelah hampir tiga pekan penuh mengikuti kegiatan PPKM, para peserta Pramuka Saka Bahari pun mendapatkan pengalaman menarik selama berlayar dan berkemah.
Satu dari ratusan Pramuka Saka Bahari yang ikut ialah Annisa Rahma Diani, Pimpinan Kontingen Daerah (Pinkonda) Banten.
Nissa, sapaan akrabnya, menuturkan suka dan duka mengikuti Sail Tidore 2022, terlebih ini merupakan pengalaman pertama menjadi penanggung jawab Pramuka dari daerah Banten.
Sebelumnya, wanita kelahiran 12 Oktober 2001 ini menjadi peserta pada Sail Nias 2019.
“Jadi sebenarnya di Tidore kemarin itu, puncaknya ini berkesan banget sih buat aku dan adik-adik aku,” kata Nissa.
Lebih jauh mahasiswa jurusan Sistem Informasi Universitas Terbuka ini menuturkan sejumlah tantangan saat mengayom adik Pramuka Saka Bahari.
“Tentunya ada banyak culture shock-nya,” ujarnya.
Ia pun lantas menyebutkan bahwa perbedaan kebiasaan dan situasi itu tercermin dari cuaca yang cenderung lebih panas saat tiba di Tidore.
Padahal selama pelayaran, para Pramuka Saka Bahari terbiasa tinggal di ruangan ber-AC. Kemudian perbedaan zona waktu dari WIB ke WIT pun menjadi catatan tersendiri.
“Perbedaan waktunya 2 jam. Jadi yang di rumahnya biasanya masih tidur, di sana kita sudah bangun. Di sana yang biasanya kita udah tidur, di sini kita masih melek,” ucap anak kedua dari lima bersaudara ini.
Di sisi lain, warga Kota Cilegon, Banten ini menambahkan bahwa umumnya para Pramuka Saka Bahari menganggap kegiatan ini tak hanya berlayar dan berkemah.
Baca juga: Pramuka Saka Bahari 20 Hari Berlayar dan Kemah di Sail Tidore 2022, Melatih Mental dan Kemandirian
Melainkan juga dapat sekaligus berwisata di kota yang terkenal dengan kemaritiman dan rempah-rempahnya itu.
Namun beragam dinamika dalam PPKM Sail Tidore 2022 dengan sederet kegiatannya, membuat Saka Bahari tak bisa langsung melakukan pesiar saat tiba di Tidore.
“Jadi kan kita harus sama-sama menahan untuk jangan jalan-jalan dahulu. Ikuti dulu rangkaian kegiatan, sampai akhirnya kita bertemu di Puncak Sail Tidore,” kata Nissa.
Tenda Bocor pada Hari Pertama Perkemahan
Lebih lanjut wanita kelahiran Banten ini menuturkan saat pertama kali berkemah di Lapangan Open Space, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, pada Selasa, 22 November 2022.
Setelah tiba dengan cuaca terik, Tidore malam hari justru diterpa hujan. Beberapa tenda yang telah didirikan Pramuka Saka Bahari pun mengalami kebocoran.
“Kebetulan di sana tuh malam pertama kita tuh hujan, jadi tenda-tenda banyak yang kebanjiran,” kata Nissa.
Hujan yang mulai masuk ke tenda-tenda itu membuat peserta perkemahan mulai panik. Bahkan beberapa di antaranya mengeluhkan perbedaan kondisi saat berkemah dengan berlayar di kapal.
“Adik-adik mulai panik, mulai ngeluh, enak di kapal deh kak, ga betah deh kak, ribet banget deh kak tidurnya, gitu,” tuturnya.
Saat itu, Nissa pun menenangkan adik-adiknya sehingga mereka dapat kembali melaksanakan perkemahan.
Memasuki hari ketiga kegiatan perkemahan, para Pramuka Saka Bahari mulai menikmati suasana. Mereka mulai terbiasa hidup berkemah.
“Jadi memang di situ dinamika moodnya ya disitu juga, terlihat banget antusias dari adik-adik itu. Memang hanya butuh penyesuaian aja.”
Selain itu, ragam kegiatan seperti lomba pengolahan hasil laut, tari kreasi semaphore, lomba yel-yel, lomba tiup pluit khas TNI Angkatan Laut, lomba bangunan pasir hingga pentas seni dari tiap kontingen pun memeriahkan kegiatan perkemahan Sail Tidore 2022.
“Kontingen saya pribadi dari kontingen Kwards Banten itu melakukan pentas seni, kesenin Debus khas Banten.”
Tampilkan Kesenian Debus Khas Banten
Provinsi paling barat di Pulau Jawa ini terkenal dengan Debus-nya. Kesenian inilah yang ditampilkan Nissa dan Pramuka Saka Bahari dari Banten.
Aksi Debus ini pun ditampilkan saat pentas seni Pramuka Saka Bahari, baik ketika berlayar maupun berkemah.
Kesenian dari Banten itu menampilkan Tari Banten Jawara hingga aksi Debus, yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh manusia dari berbagai macam benda tajam.
“Sebelum kita melakukan Debus, kita meminta izin kepada tokoh setempat warga setempat, karena takut ada budaya-budaya yang bertolak belakang sama budaya yang kita bawa. Tapi Alhamdulillah di sana direspon dengan baik dan tidak apa-apa,” katanya.
“Jadi ketika kita bawa ke tempat yang baru, tentunya kita melakjkan doa-doa yang baik, dia-doa minta perlondungan kepada Allah. Karena yang kita lakukan itu semata-mata hanya untuk hiburan bukan untuk unjuk kesombongan dan kekerenan diri,” tuturnya.
Baca juga: Tiga Pekan Berlayar dan Berkemah, PPKM Sail Tidore 2022 Selesai Dilaksanakan
Adapun selain Banten, kontingen dari provinsi lainnya pun turut menampilkan beragam aksi selama berlayar.
Beberapa provinsi itu di antaranya Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Maluku Utara/Ternate, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Papua Tengah dan Papua Selatan.
Mereka menampilkan tarian khas dari daerahnya masing-masing. Selain seni tari, para Pramuka Saka Bahari juga menampilkan hiburan lainnya, seperti menyanyi, berpuisi, adu pantun dan kegiatan hiburan lainnya.
Pramuka Saka Bahari saat berfoto bersama pejabat TNI Angkatan Laut ketika berkemah dalam rangka Sail Tidore 2022 di Lapangan Open Space, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (24/11/2022). (Tribunnews.com/Naufal Lanten).
Annisa Rahma Diani, Pimpinan Pramuka Saka Bahari Kontingen Daerah (Pinkonda) Banten saat menampilkan aksi debus memakan lampu neon, ketika berlayar dalam rangka Sail Tidore 2022.