Tapi, kalau uang simpanan sedikit-sedikit, ia masih punya.
Uang simpanan itu hasil dari honor ketika membuka acara.
Ia menyimpan uang itu di lemari.
"Saya bilang ke pelaku, kalau mau ambil uang di lemari silakan. Lalu pelaku membuka lemari dan mengobrak-abrik isinya. Pelaku mengambil uang termasuk sedikit perhiasan yang dimiliki istri saya. Bahkan, kalung yang dipakai istri juga dilepas oleh pelaku," katanya.
Sebelum kabur, salah satu pelaku sempat menanyakan lokasi kamar anak-anak kepada istrinya.
Pelaku juga bertanya lokasi decoder kamera CCTV kepada istrinya.
"Anak-anak saya tidak ada yang di sini. Satu masih kuliah di luar kota dan satu lagi tinggal di rumahnya sendiri. Kalau kotak kamera CCTV ada di ruang kerja.
Pelaku mengambil kotak CCTV dan memutus kabel-kabelnya lalu kabur," katanya.
Setelah pelaku kabur, Santoso mencoba berteriak minta tolong.
Tapi, teriakan minta tolong Santoso tidak direspons penjaga di rumah dinas.
"Ternyata Satpol PP yang berjaga di halaman rumah dinas sudah dilumpuhkan lebih dulu sebelum pelaku masuk ke kamar," ujarnya.
Selain uang tunai Rp 400 juta dan sejumlah perhiasan, kacamata Santoso juga turut digondol para rampok.
"Sementara pakai kacamata ini, kacamata saya juga ikut digondol (dibawa) pelaku," kata Santoso sambil membenahi posisi kacamata barunya.
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judulĀ Kronologi Sebenarnya Perampokan Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Pintu Digedor Dikira Gempa: Tengkurap