Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PDI Perjuangan (PDIP) menerima permohonan maaf Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus yang sempat menyebut ada bentrok di internal partai berlogo banteng.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat kepada awak media saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Lebih lanjut, atas kejadian tersebut, Djarot mengingatkan kepada partai-partai politik untuk tidak mencampuri urusan rumah tangga partai politik lainnya.
"Terima kasih permintaan maafnya, kita terima ya, tapi kan ini pelajaran bagi kita semua, marilah kita itu mengurus urusan rumah tangga parpol kita masing-masing ya," kata Djarot.
"Jadi terima kasih kalau pak Lodewijk minta maaf, kami harus menghargai itu, mungkin beliau apa itu, tidak sadar atau keceplosan dan sebagainya, ya kita maafkan," tambah eks Gubernur DKI Jakarta ini.
Diketahui sebelumnya Lodewijk meminta maaf ke PDI-P terkait ucapannya soal 'bentrok' di internal PDIP.
Lodewijk mengatakan, pernyataan tersebut dikutip dan dijadikan pemberitaan oleh salah satu media massa.
Ia mengaku pernyataan itu bukan menyebutkan adanya keributan di internal PDIP usai lembaga survei merilis hasil elektabilitas Ganjar Pranowo berada di atas Puan Maharani.
Menurut Lodewijk, pernyataan itu disampaikan justru untuk memberikan contoh terhadap jahatnya perang opini yang dihasilkan dari lembaga survei.
Baca juga: Djarot PDIP: Politik Identitas Itu Jahat, Mari Kita Hindari
"Rupanya apa yang saya paparkan kemarin ada media itu langsung diberitakan bahwa Sekretaris Jenderal Partai Golkar mengatakan bahwa ada keributan di PDI Perjuangan. Orang bertanya pada saya, keributan apa? Setelah dibaca isinya ya enggak gitu," ujarnya.
Menurut Lodewijk, berita tersebut membuat kader PDI-P bertanya kepadanya tentang keributan yang dimaksud.
"Pada intinya saya tidak menyatakan bahwa terjadi keributan di PDIP. Tetapi itu memacu konflik internal. Karena di Partai Golkar juga seperti itu. Saat survei Partai Golkar itu rendah 3 persen dari litbang Kompas kita ribut. Itulah jahatnya perang opini," katanya.