TRIBUNNEWS.COM - Kisruh internal yang terjadi di Keraton Surakarta Hadiningrat akhirnya menemui titik temu dan berakhir manis.
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koesmoertiyah Wandansari atau Gusti Moeng akhirnya bisa bertemu dengan Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII setelah sepuluh tahun berseteru.
Pertemuan Gusti Moeng dengan kakaknya itu terjadi di kediaman PB XIII di Sasana Narendra, Keraton Surakarta, Selasa (3/1/2023) lalu.
Gusti Moeng ditemani KRAY Herniatie Sriana Munasari bertemu dengan PB XIII bersama istri GKR Pakubuwana dan Putra Mahkota KGPAA Suryo Aryo Mustiko atau KGPAA Purbaya.
Gusti Moeng menemui Pakubuwono XIII untuk meminta maaf, dan mengajak melestarikan Keraton Surakarta sebagai peninggalan dinasti Mataram.
Dalam pertemuan tersebut tangis Sinuhun pecah, ia bahagia akhirnya bisa kembali duduk bersama dengan adiknya setelah sepuluh tahun tak bicara.
"Mboten sah menggalih (tidak perlu berprasangka) ke saya jelek. Saya enggak mungkin apa-apa ke Kang Mas. Kang Mas itu kan yang nyengkuyung (menjunjung tinggi) kita semua," tutur Gusti Moeng.
Namun meskipun dua kubu yang berseteru sudah berdamai, bukan berarti permasalahan di Keraton Surakarta telah selesai.
Konflik berpanjangan hingga puluhan tahun membuat gedung-gedung di keraton makin tidak terurus dan nyaris hancur.
Beberapa bangunan yang nyaris hancur yakni Keraton Kulon yang merupakan bekas tempat tinggal PB X dan Panggung Songgo Buwono yang merupakan menara ikon Keraton Surakarta.
"Di Asia Tenggara yang punya menara seperti itu gaada. Songgo Buwowo ini tingginya 36 meter dan jadi ikon nusantara juga," terangnya.
Beberapa bagian memang cukup urgent untuk dibenahi agar kerusakan tidak semakin parah. Apalagi pihak pemerintah belum dapat segera mencairkan dana bantuan yang telah dijanjikan.
Tak mau lama diam menunggu bantuan pemerintah, pihak Keraton Surakarta pun berbenah memperbaiki keraton.
Gusti Moeng menjelaskan pihaknya saat ini berusaha memperbaiki gedung Keraton Kasunanan Surakarta dengan patungan antara sesama sentana dalem (keluarga raja).
"Itu perbaikan dari kami sendiri. Ada yang urun cat, untuk bayar tenaga," jelas Gusti Moeng.
Upaya penyelamatan keraton rupanya juga mendapatkan sambutan baik dari masyarakat.
Sejumlah relawan membuat gerakan bernama #SAVEKERATON guna membantu menyelamatkan Keraton Surakarta dari ambang kehancuran.
Dengan sukarela, puluhan orang dari berbagai daerah datang ke keraton untuk membantu membersihkan dan memperbaiki Keraton Surakarta.
Kanjeng Pangeran Eddy Wirabhumi selaku Sentana Dalem Keraton Surakarta mengapresiasi sejumlah relawan yang bersedia membantu keraton berbenah.
Diharapkan dengan hadirnya bantuan tenaga dari para relawan dapat mempercepat Keraton Surakarta untuk pulih dan bangkit dari keterpurukan.
Eddy turut mengingatkan bahwa upaya penyelamat Keraton Surakarta bukan untuk kepentingan segelintir orang.
Melainkan kepentingan bersama demi menjaga warisan bangsa.
"Ucapan terimakasih setinggi-tingginya untuk temen temen relawan. Bukan untuk siapa-siapa. Tapi untuk warga bangsa, untuk kita semua," jelas Eddy ditemui dalam kegiatan #SAVEKERATON pada Sabtu (7/1/2023).
Sementara itu salah seorang relawan #SAVEKERATON asal Klaten yakni Hamid Al Ikhsan (20) menuturkan alasanya bergabung dalam upaya memperbaiki Keraton Surakarta.
Hamid mengaku jiwanya terpanggil setelah tahu dua kubu yang berseteru telah islah dan Keraton Surakarta berupaya berbenah.
Motivasi utama Hamid ikut membersihkan keraton karena ingin ikut andil dalam upaya menyelamatkan warisan sejarah Indonesia termasuk Mataram Islam.
"Harapan saya untuk Keraton Solo supaya bisa kembali jaya. Bisa bersinar lagi sebagai penerus Dinasi Mataram," terang Hamid.
Selain upaya berbenah diri, Keraton Surakarta pun juga berupaya membuka diri untuk masyarakat.
Setelah enam tahun ditutup untuk umum, Keraton Surakarta membuka pintuknya untuk masyarakat bisa masuk dan menikmati peninggalan leluhur.
Hal ini menjadi obat bagi masyarakat yang telah lama rindu untuk menikmati kemegahan Keraton Surakarta.
Ratusan orang berjubel, mengantre untuk bisa masuk ke dalam Keraton dalam pembukaan untuk umum pada Sabtu (7/1/2023).
Meskipun banyak pengunjung yang merasa miris melihat kondisi keraton saat ini. Namun mereka juga bersyukur karena kembali dapat menikmati indahnya warisan sejarah masa lalu.
"Kaget lihat keraton rusak semua bangunannya, tapi bersyukur masih bisa melihat dan menikmati keindahannya. Semoga Keraton bisa terjaga soalnya kan ini juga bagian dari aset negara juga," ujar Rossy, pengunjung asal Boyolali.
Berdamainya dua kubu yang berseteru, upaya berbenah, hingga antusias masyarakat menjadi harapan baru kelestarian Keraton Surakarta sebagai peninggalan budaya bangsa. Lokal Bercerita. Aku Lokal Aku Bangga. (Tribunnews/Alfin Wahyu Yulianto)