Namun, di satu sisi Gus Muhaimin masih terkendala dengan elektabilitasnya yang rendah.
Sehingga, Prabowo dinilai membutuhkan figur cawapres yang kuat secara elektabilitas, karena basis pemilih Prabowo bakal terdampak dengan majunya Anies Baswedan.
Pemilih yang sepakat dengan oposisi, lanjut Arifki, tentu mencari figur capres yang baru.
Oleh karena itu, Prabowo memerlukan figur cawapres yang kuat dan mampu melengkapi kekurangannya jika targetnya untuk menang di Pilpres.
“Gus Muhaimin sepertinya harga mati untuk menjadi Cawapres dari PKB karena kesempatan ini yang ditunggu-tunggunya selama ini," terangnya.
"Tetapi, Prabowo maju sebagai capres sekadar mencari dampak efek ekor jas pemilu serentak untuk Gerindra atau langkah konkret untuk menang Pilpres. Jika tujuannya yang terakhir, saya pikir penentuan cawapres bakal dilematis," jelas Arifki.
Sementara, Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai bahwa hadirnya Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKB untuk perpanjangan nafas negosiasi politik kedua partai.
Baca juga: Prabowo Subianto dan Cak Imin Makin Mesra Hadapi Pemilu 2024
Adapun nafas negosiasi politik yang dimaksud Adi Prayitno yakni terkait meyakini Prabowo untuk jadikan Muhaimin Iskandar jadi Cawapresnya.
"Tentu saja ini akan memperpanjang nafas negoisasi politik yang dilakukan oleh PKB, khususnya untuk terus meyakinkan Prabowo untuk terus menyakinkan PKB, menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres," kata Adi kepada Tribun Nerwork.
Adi melanjutkan itu artinya persoalan Cawapres dari koalisi Keduanya tentu akan melibatkan PKB dan Gerindra.
"Baik nanti Muhaimin Iskandar ataukah yang lain tapi yang jelas cawapres Prabowo itu ya harus dikomunikasikan dengan PKB," sambungnya.
Selain itu, Adi Prayitno menilai diresmikannya Sekretariat Bersama Gerindra dan PKB untuk menepis keduanya tidak solid.
"Peresmian sekber tersebut menegaskan Gerindra dan PKB itu ingin menepis asumsi-asumsi bahwa kedua partai ini tidak Solid tidak stabil gara-gara persoalan cawapres yang belum tuntas terutama Muhaimin Iskandar yang tak kunjung diumumkan sebagai pendamping Prabowo Subianto," terang Adi Prayitno.
Adi pun mencontohkan beberapa waktu yang lalu misalnya mendengar pernyataan dari sejumlah elite PKB yang mengatakan bahwa sangat mungkin pindah ke koalisi yang lain.