Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menanggapi permintaan Wakil Presiden (Wapres) RI KH Ma'ruf Amin agar Nahdlatul Ulama (NU) melakukan santrinisasi umat.
Menurut Gus Yahya permintaan tersebut selaras dengan agenda-agenda yang dipikirkan di PBNU.
Gus Yahya mengatakan ide Wapres tersebut sangat menarik karena santri dimaknai sebagai satu konsep yang universal di mana semua orang bisa menjadi santri.
Santri, kata Gus Yahya, bisa dimaknai sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh berpegang pada ilmu pengetahuan dan adab.
Baca juga: PBNU Dukung Putusan MK soal Larangan Nikah Beda Agama
Pernyataan Wapres tersebut, kata Gus Yahya, secara substansi bisa dimaknai bahwa santri bukan sebagai identitas kelompok melainkan sebagai nilai yaitu ilmu pengetahuan dan adab tadi.
Hal tersebut disampaikan Gus Yahya usai dialog bersama Pemred Media Massa Nasional di kantor PBNU Jakarta Pusat pada Rabu (1/2/2023).
"Kami harus memproses ini. Saya kira ini akan selaras juga dengan agenda-agenda yang kita pikirkan di PBNU ini," kata Gus Yahya.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin meminta Nahdlatul Ulama berkontribusi melakukan berbagai perbaikan kepada bangsa dan negara.
Ma'ruf mengatakan NU dapat melakukan "santrinisasi umat" kepada bangsa Indonesia.
"Islahil umat ini memperbaiki umat, masyarakat, ke arah yang lebih baik. Kalau bahasa saya memperbaiki umat itu santrinisasi umat. Jadi umat ini kita santrikan semua. Supaya berpikir santri dan juga berperilaku santri," ujar Ma'ruf saat memberikan sambutan pada Anugerah Satu Abad NU di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Menurut Ma'ruf, santrinisasi bukanlah Islamisasi karena hal ini akan mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia.
Namun, santrinisasi lebih kepada menjadi umat terbaik dengan mengamalkan kebaikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip NU.
"NU tidak melakukan Islamisasi, sebab itu akan mengganggu hubungan antar pemeluk agama, kecuali orang itu mau melakukan sendiri. Tidak melakukan Islamisasi, tetapi santrinisasi," jelas Ma'ruf.
"Umat yang terbaik yang mampu melakukan amal ma’ruf sesuai dengan cara-cara dakwah nahdiyah. Dan juga membangun umat yang kuat. Ummatan qowiyyan dan juga umat yg memiliki ketangguhan, resilience," tambah Ma'ruf.
Dirinya mengajak para nahdiyyin dan nahdiyyat untuk tetap mengamalkan kebaikan secara berkelanjutan.
Selain itu, dirinya berpesan agar NU dalam memasuki abad ke-2 ini perlu menyiapkan langkah-langkah strategis yang lebih menantang, baik di tingkat nasional maupun global.
“Karena itu saya kira kita memasuki abad ke dua, seratus tahun ke dua, maka kita perlu menyiapkan langkah-langkah, khutuwat islahiyah, insyithah islahiyah, yang lebih tajam lagi yang lebih mengarah lagi sesuai dengan tantangan yang kita hadapi baik pada tingkatan keumatan, kebangsaan dan kenegaraan maupun pada tantangan yang sifatnya global,” pungkas Ma'ruf.
Seperti diketahui, acara ini dihadiri oleh Menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menko Polhukam Mahfud MD, MenPAN-RB Abdullah Azwar Anas, Menteri BUMN Erick Thohir, dan KSP Moeldoko.
Selain itu, hadir pula Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, dan Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
Acara Puncak Peringatan Satu Abad NU di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo pada Selasa, 7 Februari 2023. Acara puncak ini juga akan dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.