News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

IPK Anjlok, Sudirman Said: Pemilu 2024 Kesempatan Besar untuk Perbaikan

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said merespons indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia merosot alias berada di titik terendah sejak memasuki era reformasi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said merespons indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia merosot alias berada di titik terendah sejak memasuki era reformasi.

Sudirman Said menilai merosotnya IPK menunjukkan pemerintah gagal dalam membangun demokrasi yang sehat dan tata kelola negara yang bersih.

Ia menyebut kemerosotan IPK menandakan ada masalah serius di tingkat makro penyelenggaraan negara.

Menurut dia, IPK hanya salah satu cermin dari tata kelola pemerintahan.

“Saya melihatnya korupsi itu lebih dari sekadar soal penegakan hukum. Tapi korupsi itu soal perilaku, nilai-nilai, kultur kekuasaan dan soal kesehatan demokrasi dan ada hubungan erat dengan politik keseluruhan,” kata Sudirman di Jakarta, Kamis (9/2/2023).

Ia menegaskan pemerintah gagal mengelola lingkungan pengendalian di tingkat makro.

Baca juga: Mahfud Sebut Pernyataan Luhut Soal OTT Ikut Pengaruhi Anjloknya IPK Indonesia

Dengan demikian, tata nilai, etika dan aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah negara tak berjalan dengan baik.

“Ini yang sedang merosot, lingkungan pengendalian makro. Misalnya, praktik nepotisme di level paling tinggi memberikan contoh. Maka yang di level bawah akan mengikuti,” ujarnya.

“Level paling tinggi bukan hanya pada nasional, tapi juga bisa pada level provinsi, kabupaten dan kementerian terjadi nepotisme,” tambah Sudirman.

Selain soal lingkungan pengendalian makro, tata kelola pemerintahan juga masih diwarnai benturan kepentingan.

Baca juga: Bukan karena Revisi UU KPK, DPR Sebut Kinerja Pemerintah yang Jadi Penyebab Merosotnya Skor IPK

Sudirman menyatakan, hal itu yang merusak demokrasi dan melanggengkan korupsi.

“Conflict of interest ditunjukkan di mana-mana. Benturan kepentingan antara yang membuat regulasi dan yang mendapat manfaat regulasi. Antara kekuasaan yang harusnya menjaga kepentingan publik, tapi juga ikut menjalankan usaha di dalam kekuasaan,” ucapnya.

“Alat-alat kontrol dalam tata negara mengalami penumpukan. Misalnya, apakah parlemen kita masih eksis sebagai alat kontrol? Apakah badan audit negara masih efektif sebagai alat kontrol? Apakah lembaga penegak hukum masih memiliki kewibawaan?" kata dia.

Menurut Sudirman, praktik bernegara semakin terkooptasi oleh kekuasaan eksekutif dan KPK dipreteli dari pelemahan aspek legal hingga penempatan orang-orang bermasalah pada level pimpinan.

Sementara sekelompok pekerja yang profesional dan menjaga idealisme digusur secara sistematis.

Ia menjelaskan IPK yang merosot juga dipengaruhi perilaku yang meminggirkan etika publik para pejabat tinggi negara.

Sudirman berharap kemerosotan IPK ini bisa diperbaiki secepatnya, dimulai dari mencari lapis baru kepemimpinan melalui Pemilu 2024.

“Setiap perubahan besar selalu memberi harapan bagi lahirnya perbaikan," tegas mantan Menteri ESDM ini.

“Inilah kesempatan besar bagi bangsa untuk memperbaiki lingkungan pengendalian makro. Dengan cara mendorong figur-figur yang punya komitmen pada clean government, tata kelola dan penegakan etika publik, untuk maju berkontestasi secara sehat," ujarnya.

Adapun Transparency International Indonesia mendata, IPK Indonesia turun 4 poin menjadi 34 pada 2022.

Hal itu membuat peringkat IPK Indonesia merosot dari 96 menjadi di posisi 110.

Peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand serta Timor Leste.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini